Keperluandan Kehendak. Keperluan mengikut buku teks ekonomi, didefinasikan sebagai keinginan individu terhadap barang keperluan asas yang mesti dipenuhi bagi meneruskan kehidupan. Keperluan manusia terhadap barang keperluan asas adalah terhad dan terbahagi kepada tiga jenis, iaitu: makanan, pakaian dan tempat tinggal.
Since the Creation, humans, who naturally have free-will, tend to be autonomous in their actions. This tendency had become more solid when civilization entered modernization. In this era, humans most likely were to prioritize reasoning more than spiritual and religious values. Humans had become more independent and autonomous, and this matter mainly applied whenever they want to determine their own destiny. But instead of having “the happy ending”, human choices are sometimes arrogant, and unfortunately, those choices could lead them into their own misery. Whereas the Scriptures often remind mankind to prioritize God's will over their personal will. In both the Koran and the Bible, there are verses that specifically highlight how humans should prioritize God's will. In this regard, this paper will examine the topic about the problem between God's will and human responsibility through a comparison of the biblical study of the Koran and the Bible, as well as the crossing of meanings between the two which can be complementary and symbiotic. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 MENDAHULUKAN KEHENDAK TUHAN DI ATAS KEHENDAK PRIBADI PEMAKNAAN LINTAS TEKS QS AL-KAHFI 23-24 DENGAN SURAT YAKOBUS 413-17 Gerald Moratua SiregarAbstract Since the Creation, humans, who naturally have free-will, tend to be autonomous in their actions. This tendency had become more solid when civilization entered modernization. In this era, humans most likely were to prioritize reasoning more than spiritual and religious values. Humans had become more independent and autonomous, and this matter mainly applied whenever they want to determine their own destiny. But instead of having “the happy ending”, human choices are sometimes arrogant, and unfortunately, those choices could lead them into their own misery. Whereas the Scriptures often remind mankind to prioritize God's will over their personal will. In both the Koran and the Bible, there are verses that specifically highlight how humans should prioritize God's will. In this regard, this paper will examine the topic about the problem between God's will and human responsibility through a comparison of the biblical study of the Koran and the Bible, as well as the crossing of meanings between the two which can be complementary and symbiotic. Keywords cross textual hermeneutics, free-will, God’s will, human responsibility, scriptural reasoning. Abstrak Sejak Penciptaan, manusia yang secara kodrati memiliki kehendak bebas, cenderung otonom di dalam bertindak. Kecenderungan ini menjadi lebih solid ketika peradaban memasuki modernisasi, karena modernisasi telah menjadikan manusia semakin mengutamakan rasio, dan sadar atau tidak, * Magister Filsafat Keilahian Fak. Teologi UKDW Yogyakarta. MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 MENDAHULUKAN KEHENDAK TUHAN DI ATAS KEHENDAK PRIBADI PEMAKNAAN LINTAS TEKS QS AL-KAHFI 23-24 DENGAN SURAT YAKOBUS 413-17 perlakuan tersebut telah mereduksi nilai-nilai spiritual dan religius. Manusia menjadi lebih independen dan otonom, termasuk ketika manusia hendak menentukan jalan hidupnya sendiri. Namun alih-alih ingin mendapatkan yang terbaik, pilihan manusia kadang takabur dan menuntun kepada penderitaan. Padahal Kitab Suci kerap mengingatkan umat manusia untuk memprioritaskan kehendak Tuhan di atas kehendak pribadi. Baik dalam al-Quran maupun Alkitab terdapat ayat-ayat yang secara khusus membahas perihal bagaimana manusia seharusnya mengindahkan kehendak Tuhan. Berkaitan dengan itu, tulisan ini akan membahas topik tentang permasalahan antara kehendak Allah dan tanggung jawab manusia ikhtiar melalui perbandingan kajian biblis Al-Quran dan Alkitab, serta penyilangan makna di antara keduanya yang dapat bersifat komplementer dan simbiosis. Kata-kata kunci hermeneutika lintas teks Kitab Suci, ikhtiar, kehendak Allah, kehendak manusia, scriptural reasoning. PENDAHULUAN Sejak Pencerahan melahirkan modernisme, peradaban mulai bergerak ke arah sekularisme. Pada masa itu, ilmu pengetahuan berkembang pesat dan sebagai buahnya ada banyak penemuan yang membuat kehidupan manusia menjadi lebih efisien dan maksimal. Lambat laun, kemudahan-kemudahan itu telah menumpulkan kesadaran manusia akan adanya Sang Ilahi. Hal ini terjadi bukan karena manusia tidak sadar bahwa dirinya secara kodrati adalah homo religio, melainkan karena dari dalam dirinya manusia merasa cukup. Rasa cukup ini yang membuat manusia mengotonomikan diri, serta melepaskan dependensi kepada Tuhan sebagai Penyedia segalanya. Di sisi lain, ada orang yang berkomitmen ingin menyertakan Tuhan di dalam perjalanan kehidupannya, namun dalam aksinya ia tidak menyertakan Tuhan sama sekali, sehingga komitmen berserah kepada Tuhan telah menjadi sebuah omong kosong lip service belaka. Sebagai contoh, ada orang yang mengucapkan “insya Allah” jika Allah menghendaki sebagai cara halus untuk menghindari sebuah komitmen. Dalam contoh ini orang tersebut telah mereduksi kehendak Allah ke dalam keinginan pribadi. Dengan kata lain, ia telah mendahului Allah dalam bertindak dengan mengedepankan kehendak MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 bebasnya, serta melaksanakan keputusan yang memang sejak semula telah ia pilih. Permasalahan tarik menarik antara kehendak Tuhan dan kehendak bebas manusia ini secara jelas terlihat pada agama-agama samawi, seperti Islam dan Kristen. Para teolog Islam sepakat bahwa Allah memiliki kehendak yang mutlak dan terbaik bagi umat-Nya. Namun ketika membahas tentang permasalahan otonomi manusia dalam menjalani kehidupannya, para teolog Islam masih banyak yang berseberangan Haderi, 2014 1. Kondisi yang tidak jauh berbeda terdapat juga di dalam dunia teologi Kristen. Permasalahan kehendak bebas dan predestinasi merupakan permasalahan yang cukup sering dibahas dan menjadi diskursus tersendiri. Para teolog Kristen pun banyak yang berseberangan tentang hal ini. Ada yang berpendapat bahwa segala sesuatu tanpa terkecuali telah ditentukan oleh Allah. Namun tidak sedikit juga yang menolak pandangan ini, karena pandangan ini terlihat tidak mengindahkan natur kodrati yang manusia bawa, yaitu bahwa manusia juga memiliki kehendak bebas. Dalam kajian teologi dan etika dua agama ini, permasalahan antara kehendak Allah, tanggung jawab manusia ikhtiar, dan kehendak bebas manusia masih menjadi diskursus yang menarik untuk dibahas, karena sampai saat ini masih terdapat polarisasi sikap dan perilaku umat, yaitu kelompok yang menekankan penetapan Tuhan dan kelompok yang menekan ikhtiar. Permasalahan ini tentunya akan lebih menarik jika dibahas di dalam perbandingan dan jalinan kajian biblis, teologis, dan etika, baik dari agama Islam maupun Kristen. Terdapat beberapa ayat, baik dalam Al-Quran maupun dalam Alkitab yang berbicara tentang hal tersebut secara teologis dan etis. Perbandingan dan jalinan di antara keduanya akan menjadi suatu kajian yang bersifat komplementer. Untuk itu, artikel ini akan membahas topik tentang permasalahan antara kehendak Allah, tanggung jawab manusia ikhtiar, dan kehendak bebas manusia tersebut melalui perbandingan kajian biblis, teologis, dan etika antara sudut pandang Islam dan Kristen. Diharapkan melalui artikel ini, baik umat Islam dan Kristen, mendapatkan petunjuk etis yang saling menguatkan berdasarkan beberapa pertanyaan etis yang mengarahkan artikel ini, yaitu 1. Bagaimana seharusnya umat, baik Kristen maupun Islam, dapat bertindak sesuai kehendak ilahi berdasarkan pesan Kitab Suci? MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 MENDAHULUKAN KEHENDAK TUHAN DI ATAS KEHENDAK PRIBADI PEMAKNAAN LINTAS TEKS QS AL-KAHFI 23-24 DENGAN SURAT YAKOBUS 413-17 2. Berdasarkan Kitab Suci, sejauh mana umat, baik Kristen maupun Islam, memiliki otonomi di dalam menentukan nasibnya? 3. Hal-hal etis apa yang dapat dilakukan sebagai wujud pemberian makna baru dari kajian biblis dan teologis yang diperoleh dalam agama Islam yang kemudian dapat diterapkan kepada umat Kristen, dan sebaliknya? Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, maka ayat Al-Quran yang saya pilih adalah Surat al-Kahfi QS 18 23-24. Dua ayat ini merupakan bagian dari kluster ayat 22-16 berdasarkan pembagian ayat yang dibuat oleh Hamka dalam tafsir al-Ahzar Hamka, 1965 4168. Dalam dua ayat tersebut terdapat sebuah kisah di mana Allah menegur Nabi Muhammad SAW, karena Nabi telah bertindak menurut keinginan hatinya, tanpa menanyakan/mengindahkan perkenanan Allah. Secara sederhana, kisah tersebut memberikan pesan etis kepada pembaca untuk senantiasa bertindak seturut kehendak Yang Kuasa. Sedangkan ayat Alkitab yang akan diteliti adalah Surat Yakobus 413-17. Bagian ini merupakan satu perikop utuh. Di dalam perikop tersebut terdapat teguran dan nasihat praktis, baik bagi pembaca terdahulu maupun saat ini, agar tidak melupakan kehendak Allah di dalam berencana. Sekilas terlihat di antara naskah Surat al-Kahfi 23-24 dan naskah Yakobus 413-17 terdapat kesamaan makna. Namun terdapat juga perbedaan mendasar, secara khusus dari bentuk teksnya. Surat al-Kahfi berbentuk narasi murni, sedangkan Surat Yakobus memiliki genre yang unik, yaitu gabungan antara narasi dan nasihat-nasihat praktis, yang sulit untuk ditafsirkan Aruan, 2016 258. Tentunya hal ini menjadi kesulitan tersendiri, sekaligus tantangan untuk melakukan pemaknaan lintas teks. Setelah itu, dalam proses paripurna, hasil penelitian dari kedua teks ini akan dikomparasi, serta diberikan penyilangan makna. Dalam dunia hermeneutika, metode ini biasa disebut dengan cross textual hermeneutics hermeneutika lintas teks. Diharapkan melalui metode ini, implikasi masing-masing teks suci dapat memperoleh penguatan makna atau bahkan makna yang baru yang bersifat saling melengkapi. Sebelum membahas lebih jauh, terdapat beberapa catatan pendahuluan yang penting untuk menjadi perhatian MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 1. Islam bukan merupakan bagian dari hibriditas penulis artikel, dan penulis tidak memiliki latar belakang pendidikan ilmu telaah/tafsir Al-Quran. Oleh sebab itu penulis tidak akan melakukan telaah Al-Quran, melainkan akan mengadopsi latar belakang dan intisari ayat yang dibahas, berdasarkan kajian dan tafsiran beberapa mufasir. Pembahasan artikel ini dilakukan secara proporsional akademik. Semua kutipan langsung terjemahan Al-Quran sepenuhnya diambil dari terjemahan yang terdapat dalam tafsir al-Azhar. 2. Artikel ini tidak bermaksud untuk membahas aliran teologi tertentu, dan memposisikan diri pada pandangan tertentu, karena artikel ini merupakan sebuah penelitian akademik dan memiliki tujuan praktis bagi umat. PENJELASAN SURAT AL-KAHFI AYAT 23-24 1. Latar belakang Surat secara umum Secara harfiah kata “al-Kahfi” berarti gua atau gua yang besar yang dapat dijadikan tempat untuk berlindung. Hamka mengasosiasikan gua-gua semacam itu sebagai tempat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Menurutnya, orang-orang yang beragama lain, seperti orang-orang Buddha, suka menjadikan gua sebagai tempat sembahyang. Gua pun telah menjadi tempat dimana Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dari Allah, yaitu di dalam gua yang terletak di atas bukit Hira 1965 4146. Surat ini dinamakan demikian berdasarkan kisah awal yang terdapat di dalamnya, yaitu tentang sekelompok anak muda yang pergi ke dalam gua guna menyembunyikan diri dari ancaman pemerintah daerah di mana mereka berasal. Sebelum mereka menyembunyikan diri, sekelompok anak muda ini percaya bahwa Allah itu esa, dan mereka menolak untuk menyembah kepada yang selain Allah. Kepercayaan mereka ini berlawanan dengan kepercayaan pemerintah dan kebanyakan orang di negeri asal mereka. Karena perbedaan ini nyawa mereka terancam, sehingga mereka melarikan diri dan menyembunyikan diri ke dalam sebuah gua Hamka, 1965 4146. Shihab menuliskan bahwa sekelompok pemuda tersebut telah meninggalkan masyarakat kaumnya karena mereka tidak mau mengakui syirik 2002 4. MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 MENDAHULUKAN KEHENDAK TUHAN DI ATAS KEHENDAK PRIBADI PEMAKNAAN LINTAS TEKS QS AL-KAHFI 23-24 DENGAN SURAT YAKOBUS 413-17 Surat ini berisikan tiga kisah utama. Pertama, kisah tentang sekelompok pemuda yang bersembunyi di dalam gua sebagaimana yang dijelaskan di atas. Kedua, kisah tentang Nabi Musa yang berguru kepada Nabi Khidir. Ketiga, kisah tentang Zulkarnain yang mengembara ke Barat dan berhasil menjadi penguasa di sana Hamka, 1965 4147. Namun ada sedikit perbedaan yang ditemukan oleh Shihab, yaitu setelah kisah al-Kahfi terdapat isyarat kisah tentang Nabi Adam AS dan iblis. Surat ini diyakini diwahyukan ketika Nabi Muhammad SAW berada di Makkah, sebelum beliau hijrah ke Madinah 2002 3. Menurut riwayat yang diadopsi Hamka, Allah SWT menurunkan surat ini dengan tujuan untuk menyatakan kebenaran bagi orang-orang Yahudi yang meragukan kenabian Muhammad. Pada waktu itu, ada sekelompok orang berlatar belakang Yahudi yang meragukan kenabian Muhammad, dan mereka menguji Muhammad dengan mempertanyakan beberapa hal, yaitu perihal kisah penghuni gua, perihal pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir, dan tentang riwayat Zulkarnain. Setelah lima belas hari sejak orang-orang Yahudi mempertanyakan hal-hal tersebut, datanglah malaikat Jibril dan memberikan Surat al-Kahfi kepada Muhammad. Jadi surat ini merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan orang-orang Yahudi, dan sebagai pembuktian bahwa Muhammad SAW adalah Rasulullah 1965 4159. 2. Konteks Surat al-Kahfi ayat 22-26 Surat al-Kahfi ayat 22-26 merupakan kluser dan setting terakhir dari keseluruhan kisah sekelompok pemuda yang bersembunyi di dalam gua. Kisah itu sendiri dimulai dari ayat 9. Namun ada baiknya jika ayat 1-8 juga dibahas agar latar belakang konteks ini lebih dapat dipahami. Latar belakang konteks ini akan dijelaskan berdasarkan pembagian kluster ayat yang dilakukan oleh tafsir al-Azhar, yaitu ayat 1-8, ayat 9-12, ayat 13-17, dan ayat 18-21, yang akan dibagi dalam dua bahasan, yaitu bagian ayat 1-8 dan bagian ringkasan ayat 9-21. Hal ini dilakukan karena bagian ayat 1-8 merupakan pendahuluan surat yang merupakan setting tersendiri. Ayat 9-21 terdiri dari tiga bagian awal kisah penghuni gua yang akan diringkas penjelasannya tidak dijelaskan per bagian. Tujuan meringkas bagian ini adalah agar kisah dalam ayat 9-21 tidak menjadi sorotan utama, MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 sehingga mengalihkan fokus yang seharusnya, yaitu pada ayat 22-23 yang merupakan dua ayat penting dalam bagian 22-26. Bagian ayat 22-26 akan dijelaskan dalam sub berikutnya sebagai bagian dari bahasan utama artikel ini. a. Bahasan ayat 1-8 Bagian ini merupakan bagian pembukaan yang berisi pujian dan ucapan syukur kepada Allah SWT yang telah mewahyukan surat ini dan juga keseluruhan Al-Quran. Dalam ayat 1 tertulis dengan jelas bahwa pujian dan ucapan syukur itu dinaikkan karena wahyu yang Allah berikan telah menolong manusia untuk tetap berada dalam jalan yang tidak bengkok Hamka, 1965 4149. Selanjutnya dituliskan bahwa Allah akan menyediakan hukuman azab bagi mereka yang bengkok jalannya, dan ganjaran yang baik bagi yang shaleh ay. 2. Ayat 2 ini, menurut hemat saya, telah memberikan penekanan khusus berkaitan dengan permasalahan yang tergambar dalam ayat-ayat selanjutnya. Dalam ayat 4 dituliskan bahwa ancaman hukuman akan berlaku bagi mereka yang mengatakan bahwa Allah memiliki anak. Menurut Hamka, bagian ayat 4 ini pertama-tama merujuk kepada orang Quraisy di Makkah yang mengatakan bahwa para malaikat adalah anak-anak Allah. Kemudian dapat juga merujuk kepada ajaran orang Nasrani yang mengatakan bahwa Nabi Isa Almasih adalah anak Allah, dan bersekutu dengan Allah 1965 4152. Berkaitan dengan ajaran musyrik ini, mungkin ada orang yang bersusah hati karena mereka telah berusaha memperkenalkan ajaran yang lurus, namun ada yang tidak mengindahkannya ay. 6. Namun Allah ingin meneguhkan mereka yang tetap setia pada jalan yang lurus. Untuk itu tentu ada ujian-ujian iman yang harus dilalui ay. 7. Bagian pembuka ini menjadi pengantar masuk ke dalam kisah para penghuni gua. Menurut Hamka, kisah penghuni gua ini telah memberikan contoh tentang iman yang teguh dan tidak tergoyahkan, dimana mereka hanya mau menyembah Allah yang Esa dan menjauhi praktik-praktik yang bersifat musyrik 1965 4159. Hal ini erat kaitannya dengan permasalahan yang pada ayat 5-7. MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 MENDAHULUKAN KEHENDAK TUHAN DI ATAS KEHENDAK PRIBADI PEMAKNAAN LINTAS TEKS QS AL-KAHFI 23-24 DENGAN SURAT YAKOBUS 413-17 b. Ringkasan ayat 9-21 Pada ayat 9, Allah bertanya kepada Nabi Muhammad, apakah Nabi mengira bahwa orang-orang yang tinggal dalam sebuah gua juga merupakan bagian dari keajaiban Allah yang menakjubkan. Ayat ini merupakan permulaan kisah para penghuni gua. Siapakah sesungguhnya para penghuni gua tersebut? Ini menjadi pertanyaan permasalahan yang juga menjadi latar belakang mengapa surat ini diturunkan. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, ada sekelompok orang-orang Yahudi yang meragukan kenabian Muhammad, sehingga mereka menanyakan beberapa perihal kepada Nabi, di mana salah satunya adalah perihal para penghuni gua. Sebelum surat ini diturunkan, terdapat banyak versi kisah dan mitos tentang para penghuni gua tersebut, namun melalui wahyu Allah yang tertuliskan dalam Surat al-Kahfi ini, baik Nabi Muhammad, para orang Yahudi waktu itu, maupun pembaca masa kini akan mendapatkan kebenaran ay. 13. Dalam ayat 10 dituliskan bahwa mereka adalah orang-orang yang masuk ke dalam gua dengan tujuan untuk berlindung ay. 10. Mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan ay. 13, dan percaya bahwa Tuhan berkuasa atas semesta alam, serta percaya bahwa Tuhan itu esa ay. 14. Menurut Hamka 1965 4165, beberapa penafsir berpendapat bahwa anak-anak muda ini berasal dari Rum Roma. Mereka adalah anak-anak para pembesar dan orang terkemuka. Suatu saat, di daerah asal mereka, diadakan ritual agama pagan secara besar-besaran. Batin mereka menolak untuk menyembah berhala yang hanya diciptakan manusia, dan sebaliknya mereka merasa setiap manusia seharusnya menyembah Tuhan yang esa. Mereka yang merasa bahwa penyembahan terhadap berhala merupakan kebatilan, satu per satu keluar dari acara ritual tersebut. Di kemudian hari jumlah anak muda ini semakin bertambah. Hal ini dicurigai oleh penduduk Rum sebagai usaha menciptakan agama baru. Beberapa penduduk Rum marah terhadap mereka, dan melaporkan perihal tersebut kepada raja Rum. Kemudian mereka diperhadapkan kepada raja. Di hadapan raja, mereka tetap menyatakan keteguhan iman mereka kepada akidah Tauhid, dan keteguhan iman yang demikian diberikan oleh Tuhan sendiri ay. 14. Raja Rum memberikan kesempatan kepada mereka untuk kembali kepada agama leluhur, dan memberikan waktu kepada mereka untuk MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 berpikir. Waktu yang diberikan untuk berpikir itu merupakan kesempatan bagi mereka untuk melakukan hijrah meninggalkan Rum, dan berlindung dalam sebuah gua. Tuhan sendiri berjanji untuk menyertai mereka di sana ay. 16. Di dalam gua tersebut mereka tertidur cukup lama. Ketika bangun dari tidur, mereka saling bertanya-tanya berapa lama mereka telah berada dalam gua, karena sejak mereka masuk ke dalam gua, mereka langsung tertidur ay. 19. Dalam ayat 25 dituliskan bahwa mereka tertidur di dalam gua selama lebih dari 300 tahun. Kisah ini merupakan bagian dari keajaiban Tuhan yang diberikan kepada para penghuni gua Hamka, 1965 4159. Setelah mereka terjaga dari tidur yang lama, maka mereka pun lapar, dan mereka memutuskan untuk membeli makanan ke kota ay. 19. Dan perlahan-lahan keberadaan mereka diketahui orang lain. Demikianlah dudukan latar belakang bagian ayat 23-24 yang akan dibahas kemudian. 3. Penjelasan Surat al-Kahfi ayat 23-24 Sejak para penghuni gua tersebut memberanikan diri untuk keluar dari gua guna mencari makanan, keberadaan mereka mulai diketahui orang lain, dan orang-orang mulai bertanya-tanya siapakah mereka, dan berapa jumlah mereka. Berdasarkan ayat 22, ada yang mengatakan bahwa mereka berjumlah tiga orang bersama seekor anjing. Ada juga yang berpendapat bahwa jumlah mereka adalah lima orang bersama seekor anjing. Namun banyak yang berpegang bahwa mereka berjumlah tujuh orang yang disertai dengan seekor anjing. Pendapat yang ketiga ini dipercaya sebagai jumlah yang benar karena dua pendapat sebelumnya dikatakan sebagai pendapat yang “gaib” ay. 22. Selain pertanyaan tentang jumlah penghuni gua, pertanyaan tentang berapa lama juga menjadi bahan perbincangan kala itu. Tentang pertanyaan kedua ini, Allah telah memberikan jawaban pada ayat 25, yaitu bahwa mereka telah berada di dalam gua selama 309 tahun. Jawaban ini adalah benar adanya, karena Allah SWT sendiri yang mengatakannya sebagai kebenaran ay. 26. Kemungkinan besar dua pertanyaan ini yang ditanyakan oleh orang-orang Yahudi, yang menjadi latar belakang diturunkannya Surat al-Kahfi ini. Indikasi ini kuat karena di ayat selanjutnya, Allah menegur Nabi Muhammad dengan berkata “Dan sekali-kali jangan engkau berkata tentang sesuatu hal, MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 MENDAHULUKAN KEHENDAK TUHAN DI ATAS KEHENDAK PRIBADI PEMAKNAAN LINTAS TEKS QS AL-KAHFI 23-24 DENGAN SURAT YAKOBUS 413-17 bahwa aku akan berbuat demikian besok, kecuali bahwa dikehendaki oleh Allah. Dan ingatlah kembali Tuhanmu jika engkau lupa. Dan katakanlah Mudah-mudahan kiranya memberikan petunjuk Tuhanku kepadaku, kepada sesuatu yang lebih dekat dari ini kebenarannya.” ay. 23-24. Perkataan Tuhan ini merujuk kepada Nabi Muhammad yang telah menjanjikan jawaban akan diberikan sehari setelah orang-orang Yahudi mempertanyakan perihal keberadaan para penghuni gua. Tanpa meminta petunjuk dan restu dari Allah, Nabi telah menjaminkan hal tersebut. Dan pada kenyataannya, setelah lima belas hari kemudian baru malaikat Jibril menyatakannya kepada Nabi Hamka, 1965 4179. 4. Makna dan Akidah dari Surat Al-Kahfi ayat 23-24 Menurut tafsir Ath-Thabari, ayat 23 dan 24 ini merupakan pengajaran dari Allah kepada Nabi agar tidak memastikan setiap peristiwa sebagai sesuatu yang pasti akan terjadi, melainkan seharusnya Nabi mengaitkannya dengan kehendak Allah, karena tidak satu pun dapat terjadi di luar kehendak Allah 2007 115. Hal serupa juga diutarakan oleh Prof. Wahbah Zuhaili dalam buku tafsir al-Munir. Ia berpendapat bahwa ayat 23 ini merupakan didikan Allah kepada Nabi-Nya untuk senantiasa mengingat Tuhan sebelum bertindak. Seorang manusia seharusnya mengingat kehendak Tuhan dan menggantungkan segala urusan pada kehendak-Nya 2012 216. Tentang ayat 24, Zuhaili 2012 216 memiliki pendapat yang sedikit berbeda. Menurutnya, jika seseorang lupa untuk mengucapkan insya Allah, hendaklah kiranya ia mengingatnya. Mengingat di sini bukan merujuk kepada mengingat akan Tuhan, melainkan mengingat kembali untuk mengucapkan insya Allah, agar di kemudian hari ia tidak lupa untuk mengucapkannya. Lagi menurut Zuhaili, terdapat akidah yang diajarkan sesuai pandangan Ibnu Abbas yaitu jika seseorang baru mengingat untuk mengucapkan insya Allah setelah satu tahun dari janji yang diutarakan, maka dia dianggap tidak mengingkari janjinya tersebut. Oleh karena itu, saat seseorang tiba-tiba teringat bahwa ia lupa mengucapkan insya Allah, ia hendaknya segera mengucapkannya, meskipun jarak antara lupa dan mengingatnya cukup lama 2012 216. MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 Beberapa ulama tidak sepakat akan hal ini. Dalam hal ini, Ibnu Jarir mencoba untuk menengahi dan berusaha untuk menjelaskan maksud dari Ibnu Abbas, bahwa jika seseorang lupa untuk mengucapkan insya Allah, dan baru setahun kemudian ia teringat, maka ia akan mendapatkan sunnah dari pengucapan insya Allah tersebut, dan bukan untuk melepaskannya dari kewajiban memenuhi janjinya Zuhaili, 2012 216. Tentang ayat 23, Hamka berpendapat bahwa janganlah kiranya seseorang memberikan kepastian akan apa saja yang hendak dilakukan di kemudian hari, karena tidak ada seorang pun yang dapat memastikan apa yang akan terjadi. Perihal hari esok tidak ada dalam kuasa manusia. Hamka menuliskan “Di atas sesuatu yang engkau rencanakan ada lagi rencana yang lebih besar dan lebih kuat kuasa, yaitu rencana Allah” 1965 4178. Hamka memberikan ajaran, bahwa seseorang seharusnya melandaskan setiap rencananya pada rencana Allah yang lebih berkuasa itu dengan mengucapkan insya Allah. Hal ini disebabkan karena manusia tidak memiliki kuasa untuk menolak apa yang telah ditentukan oleh Allah. Shihab, dalam tafsir al-Mishbah, mengatakan bahwa ucapan insya Allah ingin mengikrarkan bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak-Nya yang mutlak. Artinya, manusia tidak dapat melawan kehendak-Nya. Manusia dapat merencanakan sesuatu, namun pada akhirnya kehendak Allah SWT yang menentukan 2002 213. 5. Kesimpulan Berdasarkan penjelasan dan ajaran yang terdapat dalam beberapa tafsiran tentang Surat al-Kahfi ayat 22-26, maka dapat disimpulkan bahwa dalam agama Islam diajarkan beberapa hal, sebagai berikut a. Segala sesuatu tentang hari esok berada di luar kuasa manusia, dan sebaliknya, semuanya itu ada di dalam kuasa Allah SWT. Dalam hal ini, apa yang telah ditentukan Allah itu yang akan terjadi. b. Mengucapkan insya Allah merupakan hal yang penting, karena dengan melakukannya, manusia menyadari keterbatasannya dan mendasarkan setiap rencana, tindakan, dan janjinya pada kehendak Allah SWT saja. Oleh karena itu, sebagai ciptaan, manusia hendaknya melandaskan MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 MENDAHULUKAN KEHENDAK TUHAN DI ATAS KEHENDAK PRIBADI PEMAKNAAN LINTAS TEKS QS AL-KAHFI 23-24 DENGAN SURAT YAKOBUS 413-17 setiap rencananya pada rencana Allah yang lebih besar dan berkuasa dengan mengucapkan insya Allah. Jika seseorang lupa untuk mengucapkan insya Allah, maka ia telah mengabaikan kehendak Allah SWT dan lalai untuk mendahulukan kehendak-Nya tersebut. c. Manusia memiliki otonomi dalam bertindak, karena terdapat indikasi manusia dapat bertindak sesuai keinginannya sendiri. Dan jika dikaitkan dengan kesimpulan butir a, maka ada indikasi bahwa finalitas suatu kejadian atau keputusan merupakan kehendak Allah SWT, sekalipun mungkin manusia pernah bertindak tidak sesuai kehendak-Nya. Berkaitan dengan itu, manusia akan menerima konsekuensi tertentu jika keputusan yang diambilnya tidak berdasarkan kehendak Tuhan. PENJELASAN SURAT YAKOBUS 413-17 1. Latar belakang Surat Yakobus Secara eksplisit, Yakobus adalah penulis surat Yakobus, sebagai penanda bahwa penulis surat ini bukan anonim ay. 1. Kebanyakan ahli meyakini bahwa yang menulis surat ini adalah Yakobus saudara Yesus. Surat ini merupakan bagian dari surat umum atau am, karena ditujukan kepada “dua belas suku di perantauan” ay. 1 yang bersifat umum. Meskipun pembacanya umum, namun ada indikasi Yakobus mengenal keadaan para pembacanya. Setidaknya dari pasal-pasal yang ditulisnya, Yakobus seakan tahu bahwa pembacanya terdiri dari orang-orang kaya dan miskin, dan terdapat konflik di antara keduanya Sutanto, 2006 9. Karena surat ini adalah surat umum maka tidak ada latar belakang khusus atau motivasi khusus mengapa Yakobus menuliskan surat ini. Surat Yakobus memiliki ciri khas yang unik dan berbeda dengan kebanyakan surat-surat dalam Perjanjian Baru PB. Surat ini tidak banyak membahas hal-hal yang bersifat teologis, sebagaimana yang sering dilakukan Paulus di dalam surat-suratnya. Surat ini juga sama sekali tidak mengaitkan tulisannya dengan kematian dan kebangkitan Yesus, padahal di awal surat, Yakobus mengklaim dirinya sebagai hamba Yesus Kristus. Ciri ini berbeda dengan ciri yang biasa didapati pada surat-surat umum yang biasanya MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 menyisipkan unsur kristologi di dalamnya. Yakobus lebih menekankan nasihat praktis dan hikmat kepada para pembacanya, sehingga ketika kita membacanya, nuansa yang dihadirkan sama seperti ketika kita membaca ajaran-ajaran Yesus yang terdapat dalam Injil Sutanto, 2006 12. Surat Yakobus juga memiliki bentuk teks dan bentuk sastra genre yang berbeda dari surat-surat am lainnya. Dari sisi bentuk teks, surat ini tidak bersifat sistematis dan kronologis, sehingga tiap bagian memiliki tema yang berbeda dan terpisah dengan yang lainnya, hal ini serupa dengan kitab Mazmur dan Amsal dalam Perjanjian Lama PL. Dari segi bentuk sastra, surat Yakobus berisikan pesan-pesan atau nasihat-nasihat praktis. Itu sebabnya, sebagian ahli PB menyebut surat ini sebagai amsal dalam PB. 2. Menganalisis Yakobus 413-17 a. Analisis struktur teks Menganalisis struktur teks merupakan salah satu proses yang penting agar kita dapat mengetahui alur pemikiran penulis dan hal-hal apa saja yang ditekankannya Solihin, 2014 70. Untuk memulai bagian ini, dapat diperhatikan bahwa Yakobus 413-17 merupakan satu bagian yang utuh dan terpisah dengan bagian perikop yang lainnya. Meskipun demikian, beberapa sarjana biblika sempat meragukan keberadaan ayat 17 dalam bagian ini, karena ayat tersebut seperti memiliki pokok pikiran yang baru. Ayat 13-16 dengan jelas membahas sebuah tema yang sama tentang melibatkan Tuhan dalam perencanaan. Masuk ke ayat 17, kesan tema tentang perencanaan tiba-tiba menghilang dan berubah. Akan tetapi, tidak mungkin ayat itu berdiri sendiri menjadi perikop yang terdiri hanya satu ayat. Karena untuk memasukkan ayat 17 ke dalam perikop selanjutnya pasal 5 lebih tidak sesuai dengan tema besar pasal 5, maka para sarjana pun akhirnya sepakat untuk tetap menempatkan ayat 17 sebagai kelanjutan dari ayat 13-16 Moo, 1985 158. Dengan demikian, bagian ayat 13-17 merupakan satu bagian yang utuh. Dari bagian yang utuh ini, terdapat beberapa kesejajaran pelaku dan perilaku. Yang pertama, orang yang melakukan perencanaan ay. 13 merupakan orang yang sama sekali tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan ay. 14. Penulis ingin memberikan pesan bahwa betapa arogannya orang yang demikian. Mereka terbatas dalam melihat masa depan, namun MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 MENDAHULUKAN KEHENDAK TUHAN DI ATAS KEHENDAK PRIBADI PEMAKNAAN LINTAS TEKS QS AL-KAHFI 23-24 DENGAN SURAT YAKOBUS 413-17 mereka telah berlagak dengan merencanakan banyak hal. Penulis memberikan nasihat kepada orang yang demikian, bahwa mereka seharusnya mengatakan, “Jika Tuhan menghendakinya”. Kedua, kesejajaran yang lain adalah kesejajaran bentuk perencanaan. Frasa-frasa “berangkat ke kota anu”, “tinggal di sana setahun”, “berdagang”, dan “mendapat untung” dalam ayat 13 merupakan bagian yang sejajar dengan frasa-frasa “kami akan hidup” dan “dan berbuat ini dan itu” yang terdapat dalam ayat 15. Kesejajaran ini menunjukkan relasi antara perencanaan dengan keberhasilan. Hal ini kemungkinan besar menjelaskan pemikiran penulis yang ingin memberikan pesan jika seandainya orang-orang tersebut sempat berkata “Jika Tuhan menghendakinya”, maka rencana untuk “berangkat ke kota anu”, “tinggal di sana setahun”, “berdagang”, dan “mendapat untung” akan mendapat restu Tuhan atau dengan kata lain akan berhasil. b. Analisis kata dan tata bahasa Tidak banyak unsur kata dan tata bahasa yang penting untuk dianalisis, karena nasihat Yakobus ini termasuk sangat praktis dan tidak ada terjemahan atau interpretasi yang sangat krusial. Setelah membandingkan dengan PB berbahasa Yunani, maka ada dua hal yang menjadi sorotan penulis dalam analisis kata dan tata bahasa ini. Pertama, kata anti arti harfiah berlawanan, kontras dalam ayat 15, yang dalam versi TB-LAI tertulis “sebenarnya” dapat diterjemahkan dengan “sebagai gantinya”. Hasan Sutanto telah memberikan opsi terjemahan yang baik untuk ayat 15, yaitu “sebagai gantinya kamu harus berkata” 2003 85. Terjemahan tersebut dengan jelas mengontraskan tindakan perencanaan yang tanpa kehendak Allah dan dengan kehendak Allah. Hal ini menegaskan bahwa bertindak takabur adalah bentuk kontra perlawanan dari ketaatan pada kehendak Allah. Betapa pentingnya hidup dalam kehendak Allah itu. Kedua, kata Yunani poia dalam ayat 14 ditulis dalam bentuk konjugasi adjectival interrogative pronoun feminine singular nominative Sutanto, 2003 1220, yang lebih tepat diterjemahkan dengan kata tanya “siapa” dan bukan “apa” TB-LAI “apa arti hidupmu”. Dengan demikian, kata “siapa” di sini dapat merujuk kepada anak kalimat sebelumnya yang terdapat pada awal ayat 14, yaitu orang-orang “yang tidak tahu perihal hari MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 esok”. Jika direkonstruksi, opsi terjemahan ayat 14b dapat menjadi sebagai berikut “Siapa di antara kamu yang tahu arti hidupmu?” Jadi secara sederhana, bagian ini ingin menanyakan, siapa sih sebenarnya yang tahu apa yang akan terjadi tentang kehidupannya di masa yang akan datang? Tidak ada yang tahu dan tidak ada yang pasti. Namun satu hal yang pasti akan terjadi adalah kematian, karena ayat itu dilanjutkan dengan klausa “hidup manusia sama seperti uap, yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap”. Dengan demikian, manusia seharusnya paham jika ia merupakan makhluk yang rapuh. Memegahkan diri tidak akan menafikkan sifat kerapuhan itu. Sebaliknya, jika seseorang hidup dalam kehendak Allah, maka kehidupan yang rapuh dan terbatas akan lebih berarti. 3. Membandingkan dengan tafsiran lain Membandingkan analisa-analisa di atas dengan tafsiran lainnya merupakan langkah terakhir yang baik untuk melihat kemungkinan penguatan makna atau pemaknaan yang berbeda yang dapat melengkapi analisa yang telah dibuat. Kebanyakan penafsir sepakat bahwa perikop ini memiliki pesan utama yaitu tentang perencanaan kehidupan berdasarkan kehendak Allah. Warren Wiersbe berpendapat pasal ini ditujukan kepada pedagang kaya pada masa itu. Pada umumnya mereka senang membicarakan rencana-rencana mereka yang membanggakan, dan mereka jarang menyinggung tentang peran ilahi di dalam setiap perencanaan mereka. Mereka mungkin dapat dengan cepat mengkalkulasi keuntungan yang dapat mereka peroleh dalam setahun. Wiersbe kemudian melanjutkan, sesungguhnya manusia tidak akan pernah tahu jalan hidupnya yang merupakan misteri. Namun kehidupan yang misterius ini akan menjadi berarti jika manusia hidup di dalam kehendak Allah 1978 122-123. Douglas Moo memberikan penekanan pendapat para ahli bahwa perikop ini memberikan gambaran akan kearoganan manusia. Menurut Moo, Yakobus tidak terlalu menitikberatkan pada kekayaan pembaca yang ditujunya, melainkan pada sifat mereka yang arogan. Orang-orang yang demikian dikuasai oleh orientasi diri sendiri dan orientasi pada dunia, bukan pada kehendak Allah. Konsep dan praktik yang seperti itu, demikian Moo, MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 MENDAHULUKAN KEHENDAK TUHAN DI ATAS KEHENDAK PRIBADI PEMAKNAAN LINTAS TEKS QS AL-KAHFI 23-24 DENGAN SURAT YAKOBUS 413-17 bukan merupakan karakter hidup kristiani. Berkaitan dengan kehendak Allah, pernyataan “jika Allah menghendaki” tidak boleh berhenti pada ucapan belaka, melainkan seharusnya dapat dimaknai sebagai pemberian apresiasi yang tulus kepada Allah yang mengendalikan kehidupan ini 1985 154-157. Hal yang menarik terdapat pada tafsiran yang diberikan oleh Hasan Sutanto. Sutanto menarik permasalahan Yakobus 413-17 sampai pada kesimpulan ayat 17. Ia menekankannya pada konsep dosa 2006 225-226. Bagi Sutanto, ayat 17 ini merupakan kesimpulan yang menutup tidak hanya pasal 4 tetapi juga pasal-pasal sebelumnya. Menurutnya, para pedagang telah diajarkan untuk berbuat baik dan tidak berbuat dosa, oleh karena mereka seharusnya dapat membantu saudara seiman pasal 2, menjaga lidahnya agar hati-hati dalam berkata-kata pasal 3, dan tidak dikuasai hawa nafsu pasal 4. Menurut saya, membuat kesimpulan gabungan seperti ini kurang tepat, karena sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa struktur surat ini tidak terikat antara perikop yang satu dengan yang lainnya . 4. Kesimpulan Dari pemaparan analisis di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa di dalam agama Kristen diajarkan beberapa hal tentang perencanaan dan kehendak Allah, sebagai berikut a. Setiap manusia seharusnya meletakkan setiap rencana dan tindakan pada kehendak Allah. Kehendak Allah bersifat otoritatif, sehingga perlawanan terhadap kehendak Allah dapat membuat seseorang berdosa dan menderita atau tidak berhasil. Sebaliknya, ketaatan pada kehendak Allah dapat bermuara pada keberhasilan. b. Otonomi manusia yang memiliki kehendak bebas tentunya dapat saja terjadi. Manusia dapat memilih jalan hidupnya, apakah seturut kehendak Allah atau seturut kehendaknya dan orientasi dunia ini. Orang-orang yang demikian adalah orang-orang yang arogan atau congkak. c. Manusia adalah makhluk yang terbatas dan rapuh, dan kehidupan manusia adalah misteri. Di dalam sense ini, manusia dinasihatkan untuk meletakkan agenda pribadi di bawah kehendak Allah. MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 PENYILANGAN MAKNA ANTAR DUA TEKS KITAB SUCI SURAT AL-KAHFI 23-24 DENGAN SURAT YAKOBUS 413-17 Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk secara suku, ras, dan agama. Dalam konteks agama, Islam merupakan agama mayoritas di negara ini. Tidak dapat dipungkiri, hampir di seluruh sendi kehidupan masyarakat Indonesia, terdapat corak ke-Islam-an. Sebagai contoh, pengucapan assalamualaikum atau alhamdulillah yang sewaktu-waktu diucapkan oleh mereka yang non-Muslim. Sadar atau tidak, tradisi dan budaya Islam merupakan hibriditas kehidupan sebagian besar masyarakat non-Muslim. Di dalam konteks yang seperti ini, orang Kristen di Indonesia dapat mengkontekstualisasikan ajaran dan nilai yang terdapat dalam Alkitab ke dalam bentuk yang lebih berbaur/bercampur blended dengan tradisi dan budaya Islam yang ada di Indonesia. Untuk itu, salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah melalui proses hermeneutika inter-religius di dalam bentuk pembacaan lintas teks Kitab Suci. Archie Lee, sebagaimana yang disadur oleh Daniel Listijabudi, mengatakan bahwa pembacaan lintas teks merupakan suatu metode yang mencoba memahami teks Alkitab berdasarkan teks budaya dan agama Asia, serta mencoba untuk melakukan interpretasi dan integrasi dari kedua teks tersebut Listijabudi, 2019 97. Kedua teks tersebut harus berada di dalam dialog yang interaktif. Listijabudi menekankan bahwa dialog yang interaktif tersebut sebaiknya bersifat mutual dialog. Artinya, keduanya seharusnya dapat saling memperkaya 2019 85. Jadi secara sederhana, pembacaan lintas teks Kitab Suci ini dapat memberikan penguatan makna yang lebih kreatif dan positif kepada orang-orang Kristen di Indonesia, secara khusus di dalam koeksistensinya dengan agama dan budaya yang berbeda. Dan sebaliknya, di dalam nuansa ketersalingan, mungkin ada hal-hal baru yang didapat oleh orang-orang non-Kristen melalui pembacaan lintas teks Kitab Suci ini. Sebagai tambahan, pembacaan lintas teks Kitab Suci ini dapat dilakukan dalam pertemuan-pertemuan antar agama. Hal ini biasa disebut dengan scriptural bagian ini, akan dilakukan pemaknaan lintas teks, antara Surat al-Kahfi ayat 23-24 dan Surat Yakobus 413-17, yang akan didahului dengan pemaparan persamaan dan perbedaan di antara keduanya. MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 MENDAHULUKAN KEHENDAK TUHAN DI ATAS KEHENDAK PRIBADI PEMAKNAAN LINTAS TEKS QS AL-KAHFI 23-24 DENGAN SURAT YAKOBUS 413-17 1. Persamaan antara Surat al-Kahfi ayat 23-24 dan Surat Yakobus 413-17 Berdasarkan isinya, kedua bagian ayat sama-sama berisikan teguran atau nasihat terhadap mereka yang bertindak di luar kehendak Tuhan. Di dalam Surat al-Kahfi orang tersebut adalah Rasulullah SAW yang telah berjanji untuk memberikan kepastian jawaban terhadap orang-orang Yahudi yang meragukan kenabian Rasulullah SAW. Sedangkan di dalam tulisan Yakobus, teguran diberikan kemungkinan besar kepada para pedagang kaya yang biasa melakukan ekspansi perdagangan ke luar kota, dan di dalam merencanakan ekspansi tersebut mereka melupakan kehendak Tuhan. Kedua surat juga memiliki beberapa persamaan implikasi teologis. Pertama, keduanya memiliki makna bahwa kehendak Tuhan bersifat otoritatif. Artinya, perlawanan terhadap kehendak Tuhan dapat berkonsekuensi negatif. Kedua, keduanya memiliki implikasi bahwa manusia memiliki otonomi di dalam bertindak, karena manusia memiliki kehendak bebas, namun kehendak bebas yang mengabaikan kehendak Tuhan akan memiliki konsekuensi tertentu. Ketiga, kedua surat memiliki implikasi bahwa manusia merupakan makhluk yang rapuh, terbatas, dan tidak tahu-menahu perihal hari esok. Terakhir, kedua surat memiliki pesan etis yang sama, yaitu mengandalkan Tuhan di dalam melakukan perencanaan. Hal ini merupakan konsekuensi praktis dan logis dari realitas manusia yang rapuh dan terbatas. Manusia yang rapuh dan terbatas akan menjadi berarti jika ia hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. 2. Perbedaan antara Surat al-Kahfi ayat 23-24 dan Surat Yakobus 413-17 Terdapat beberapa perbedaan antara Surat al-Kahfi ayat 23-24 dan Surat Yakobus 413-17. Pertama, berdasarkan latar belakangnya, Surat al-Kahfi menunjukkan unsur kelalaian atau kelupaan Nabi Muhammad SAW untuk mengandalkan Allah SWT dalam perencanaan dengan mengucapkan insya Allah. Sedangkan Surat Yakobus menunjukkan unsur pengabaian kehendak Tuhan yang disengaja oleh pedagang-pedagang kaya yang arogan, sehingga MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 Yakobus mengidentifikasikan mereka sebagai orang yang memegahkan diri dan yang congkak. Kedua, secara teologis, dari Surat al-Kahfi dapat disimpulkan bahwa kehendak Allah bersifat mutlak. Artinya, Allah tidak akan mengubah keputusan-Nya berdasarkan keinginan atau tindakan manusia, apalagi jika tindakan manusia tersebut merupakan suatu kecerobohan. Hal ini terlihat jelas bahwa antara janji Rasulullah SAW kepada orang-orang Yahudi dengan turunnya surat itu melalui malaikat Jibril berjarak lima belas hari. Dalam hal ini, keputusan Allah SWT adalah bulat dan tidak tergantung keinginan Nabi Muhammad SAW. Jadi, dalam Surat al-Kahfi, kemutlakan keputusan Allah cukup eksplisit. Sedangkan Surat Yakobus tidak terlalu menekankan sifat kemutlakan tersebut. Yakobus nampaknya hanya ingin memberikan nasihat praktis kepada para pembaca untuk bertindak sesuai kehendak Tuhan, tanpa menekankan natur dari Tuhan. Ketiga, berkaitan dengan hal praktis. Dalam Surat al-Kahfi nampak jelas penekanan pentingnya pengucapan insya Allah. Hal ini terlihat jelas dari uraian dan tafsiran ayat 24 yang menekankan untuk mengingat kembali pengucapan itu jika seseorang telah lupa untuk mengucapkannya. Sedangkan di dalam Surat Yakobus sama sekali tidak memiliki penekanan artikulasi yang serupa. Yakobus hanya memberikan saran untuk berkata “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu” ay. 15. Perkataan dalam ayat 15 ini erat kaitannya dengan perkataan-perkataan perencanaan yang terdapat dalam ayat 13, di mana perkataan perencanaan itu sejajar dengan klausa “kami akan hidup dan berbuat ini dan itu”, yang notabene merupakan sebuah perencanaan juga. Intinya, keberhasilan perencanaan terletak pada aktualisasi yang disertai dengan tindakan. Tentang hal ini, saya berpendapat bahwa Yakobus menitikberatkan bukan pada ucapan melainkan pada tindakan. 3. Penguatan dan pemekaran makna dan terapan sebagai hasil dari penyilangan makna antara Surat al-Kahfi ayat 23-24 dan Surat Yakobus 413-17 Sebagaimana yang telah diutarakan dalam penjelasan tentang maksud dan tujuan penyilangan ini, yaitu bahwa melalui pembacaan lintas teks Kitab Suci MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 MENDAHULUKAN KEHENDAK TUHAN DI ATAS KEHENDAK PRIBADI PEMAKNAAN LINTAS TEKS QS AL-KAHFI 23-24 DENGAN SURAT YAKOBUS 413-17 ini dapat menghasilkan penguatan dan pemekaran makna yang mutual dan kontekstual, maka artikel ini akan diparipurnakan dengan penguatan dan pemekaran makna tersebut. a. Dari Surat al-Kahfi ayat 23-24 kepada Surat Yakobus 413-17 Sebagaimana persamaan dan perbedaan dari kedua surat ini yang telah diinventariskan, maka pertama-tama saya melihat bahwa pentingnya pengucapan insya Allah jika Allah menghendaki dari ajaran Islam sebagai sesuatu yang baik juga untuk diajarkan kepada dan dipraktikkan oleh orang Kristen. Sambil menekankan pentingnya usaha/tindakan ikhtiar yang benar, pengucapan insya Allah juga memiliki peranan yang penting. Manusia akan lebih mudah untuk menghayati sesuatu, jika hal tersebut dapat diucapkan. Selain itu, ucapan adalah semacam janji untuk dipraktikkan, sehingga dengan mengucapkannya maka kita dituntut untuk memenuhi janji tersebut. Hal ini sejalan dengan maksud dari pepatah dalam bahasa Inggris yang berkata “walk your talk”, yang berarti “jalani apa yang kamu katakan”. Atau sejalan juga dengan makna dari pepatah Jawa yang berbunyi “aji ning diri ana ning lathi”, yang berarti “harga diri seseorang terletak pada lidah/ucapannya”. Kedua, saya melihat natur kemutlakan kehendak Allah SWT yang terdapat dalam Surat al-Kahfi sebagai sesuatu yang juga dapat dijadikan penguatan makna terhadap Surat Yakobus. Hal ini tentunya harus dibatasi dalam dialog dua bagian Kitab Suci ini bahasan pada Surat al-Kahfi ayat 23-24 dan Surat Yakobus 413-17 saja, karena tentang pembahasan kehendak Tuhan yang bersifat absolut dapat ditemukan dalam bagian lain di Alkitab. Setidaknya, di dalam konteks kehidupan praktis di mana seseorang melakukan perencanaan, Surat al-Kahfi telah mengingatkan para pembaca Kristen bahwa sekalipun manusia memiliki kehendak bebas, ia harus tetap mengingat bahwa ada kehendak lain yang lebih berkuasa dan menentukan, yaitu kehendak Tuhan. Dari peristiwa Nabi Muhammad SAW yang terlalu yakin untuk memberikan jawaban yang cepat kepada orang-orang Yahudi, padahal Allah SWT baru memberikan jawaban melalui malaikat Jibril setelah lima belas hari, kita semua diajarkan bahwa manusia yang memiliki kehendak bebas tetap harus tunduk pada kehendak Tuhan yang lebih berotoritas. MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 b. Dari Surat al-Kahfi ayat 23-24 kepada Surat Yakobus 413-17, dan sebaliknya Surat al-Kahfi memiliki penekanan pentingnya sebuah ucapan, sedangkan Surat Yakobus menitikberatkan pada tindakan ikhtiar. Kedua hal ini seharusnya berjalan seimbang. Di atas telah dijelaskan tentang pentingnya mengucapkan insya Allah. Saat ini, saya hanya menambahkan betapa pentingnya sebuah usaha ikhtiar yang benar yang sejalan dengan apa yang diucapkan. Sebagai contoh, ada orang yang secara refleks mengucapkan insya Allah karena memang terlalu sering dan mudah untuk diucapkan tanpa dihayati dengan benar. Atau ada orang yang dengan sengaja mengucapkan insya Allah sebagai solusi untuk tidak terikat pada sebuah janji. Padahal sebagaimana yang telah kita pelajari sejauh ini, makna dari pengucapan insya Allah bukanlah seperti itu. Jadi, antara ucapan dan tindakan seharusnya sepadan. c. Dari Surat Yakobus 413-17 kepada Surat al-Kahfi ayat 23-24 Dalam perbedaan tentang latar belakang dari kedua surat ini, saya melihat hal yang menarik yang ditekankan oleh Yakobus, yaitu tentang penyebutan orang-orang yang dengan sengaja berencana di luar kehendak Tuhan sebagai orang-orang yang memegahkan diri dan yang congkak. Surat al-Kahfi tidak menekankan hal ini, dan lebih menekankan pada kelalaian “insani” Nabi Muhammad SAW yang melupakan pengucapan insya Allah. Secara singkat, dalam Surat al-Kahfi terlihat unsur kelalaian, sementara dalam Yakobus terlihat unsur kesengajaan. Secara umum, pemaknaan dari Surat Yakobus ini dapat juga dimaknai oleh orang-orang Muslim, meskipun konteksnya berbeda dengan Surat al-Kahfi. Artinya, di dalam perencanaan bisa saja ada orang yang dengan sengaja ingin melaksanakan kehendaknya yang mungkin bertolak belakang dengan kehendak Tuhan. Orang-orang yang demikian adalah orang-orang yang sombong dan congkak, yang tidak sadar akan kerapuhan dan keterbatasannya sebagai manusia. Hal ini juga berlaku bagi mereka yang telah mereduksi makna pengucapan insya Allah, yang dengan sengaja mengucapkan kalimat tersebut sebagai jalan keluar terhadap ikatan perjanjian, karena memang sebelumnya MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 MENDAHULUKAN KEHENDAK TUHAN DI ATAS KEHENDAK PRIBADI PEMAKNAAN LINTAS TEKS QS AL-KAHFI 23-24 DENGAN SURAT YAKOBUS 413-17 mereka telah memiliki rencana yang lain. Orang yang demikian merupakan orang yang congkak dan menganggap dirinya berkuasa atas hidupnya sendiri. PENUTUP Manusia merupakan makhluk yang rapuh dan terbatas. Sehebat-hebatnya manusia berteknologi modern, manusia tetaplah makhluk yang terbatas. Ia terbatas untuk mengetahui perihal hari esok. Bagi manusia, hari esok merupakan misteri. Oleh sebab itu, di dalam menjalani kehidupan yang penuh misteri ini, manusia seharusnya dapat terus mengandalkan Tuhan. Selain itu, manusia juga memiliki keinginan dan cita-cita, namun sudah sepatutnya manusia meletakkan segala keinginan dan cita-cita tersebut di bawah kehendak Tuhan. Karena di atas sesuatu yang manusia rencanakan ada lagi rencana yang lebih besar dan lebih berkuasa, yaitu rencana Allah. Dari kajian biblis Kitab Suci Islam dan Kristen terdapat ayat-ayat yang dapat mengingatkan umat bahwa mereka adalah manusia yang terbatas, serta membimbing umat agar selalu mengingat akan kehendak Tuhan dan memprioritaskannya. Dalam esai di atas, telah dipaparkan pendalaman dua bagian Kitab Suci, yaitu Surat al-Kahfi ayat 23-24 dan Yakobus 413-17. Dari dua bagian ini terdapat makna teologis dan ajakan penerapan secara praktis-etis tentang bagaimana seharusnya manusia yang terbatas dapat mengandalkan Tuhan yang tidak terbatas. Penyilangan makna di antara kedua bagian tersebut dapat memberikan penguatan makna, serta dapat memberikan pemaknaan yang baru. Ini berarti penyilangan makna kedua bagian Kitab Suci tersebut dapat bersifat komplementer. DAFTAR PUSTAKA Abel Kristofel Aruan. “Surat Jerami di Meja Austin Penggunaan Speech Act Theory sebagai Usaha Pembacaan Efektif Ujaran Perfomatif dalam Surat Yakobus”. Indonesian Journal of Theology 4/2, Desember 2016. Asosiasi Teolog Indonesia, 2016. MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 Anang Haderi. “Takdir dan Kebebasan menurut Fethullah Gulen”. Jurnal Theologia Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo, vol. 25 no. 2, Juli-Desember 2014. Semarang UIN Walisongo, 2014. Benny Solihin. Tujuh Langkah Menyusun Khotbah yang Mengubah Kehidupan. Malang Literatur SAAT, 2014. Daniel K. Listijabudi. Bergulat di Tepian Pembacaan Lintas Tekstual Dua Kisah Mistik Dewa Ruci dan Yakub di Yabok untuk Membangun Perdamaian. Jakarta BPK Gunung Mulia, 2019. Douglas J. Moo. Tyndale New Testament Commentaries vol. 16 The Letter of James. Grand Rapids, MI Eerdmans, 1985. Gabriel Angkouw. “Scriptural Reasoning Peran Kitab Keagamaan dalam Pendidikan Agama Multikultural di Young Interfaith Peacemaker Community Indonesia”. Al-Adabiya Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan vol. 15 no. 1 2020 Hamka. Tafsir Al-Azhar jilid 6. Singapura Pustaka Nasional PTE LTD, 1965. Hasan Sutanto. Perjanjian Baru Interlinear Yunani – Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru jilid II. Jakarta LAI, 2003. ____________. Surat Yakobus Berita Perdamaian yang Patut Didengar. Malang Literatur SAAT, 2006. Quraish Shihab. Tafsir Al-Mishbah volume 8. Jakarta Lentera Hati, 2002. Tafsir Ath-Thabari terj. jilid 17. Jakarta Pustaka Azzam, 2007. Wahbah Zuhaili. Tafsir Al-Munir jilid 8. Jakarta Gema Insani, 2012. Warren Wiersbe. Dewasa dalam Kristus Tafsiran Surat Yakobus. Bandung Kalam Hidup, 1978. MARTURIA Vol. III No. 1 Juni 2021 MENDAHULUKAN KEHENDAK TUHAN DI ATAS KEHENDAK PRIBADI PEMAKNAAN LINTAS TEKS QS AL-KAHFI 23-24 DENGAN SURAT YAKOBUS 413-17 Scriptural reasoning adalah pembacaan lintas teks Kitab Suci yang dilakukan dalam komunitas yang majemuk. Tujuan dari kegiatan ini bukan saja mencari persamaan-persamaan makna dari bagian-bagian Kitab Suci yang dibaca, melainkan juga untuk menemukan hal-hal yang berbeda. Perbedaan tersebut bukan untuk dirivalkan melainkan untuk dihargai, dan bukan tidak mungkin melalui perbedaan tersebut seorang pembaca dapat diperkaya dengan pemaknaan yang baru. Di Indonesia, kegiatan scriptural reasoning ini biasa dilakukan oleh komunitas muda-mudi antar iman. Bdk. Gabriel Angkouw. “Scriptural Reasoning Peran Kitab Keagamaan dalam Pendidikan Agama Multikultural di Young Interfaith Peacemaker Community Indonesia”. Al-Adabiya Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan vol. 15 no. 1 2020, hal. 71-72. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Gabriel James AngkouwAbstrak Artikel ini bertujuan untuk melihat keberadaan Kitab keagamaan yang mampu menjadi landasan pendidikan agama multikultural bagi generasi muda. Peran kitab keagamaan dalam dialog lintas iman khususnya bagi generasi muda Kristen dan Islam, terwujud melalui Scriptural Reasoning SR, yang menjadi kegiatan rutin Young Interfaith Peacemaker Community YIPC Indonesia. SR mampu menjadi ruang interaksi lintas iman dengan menjadikan kitab keagamaan Alkitab dan Al-Qur’an sebagai landasan yang juga didukung dengan nilai-nilai dasar YIPC, 12 Nilai Perdamaian, serta dokumen A Common Word ACW. Hasil dari kajian ini menunjukkan bahwa, pertama, Kitab keagamaan mampu melegitimasi dialog. Kedua, Kitab keagamaan mampu membangun identitas bersama diantara generasi muda Kristen dan Islam. Artikel ini menjadi bagian dalam kajian menggunakan metode kualitatif dengan menyajikan data secara deskriptif-analitis terkhususnya berkaitan dengan pendidikan agama multikultural yang dikembangkan oleh Hope S. Antone guna menunjukkan peran kitab keagamaan dalam membangun solidaritas generasi muda lintas agama sebagai pembentuk identitas bersama serta sumber legitimasi dialog. Metode pendidikan agama multikultrual berbasis kitab keagamaan dalam bentuk SR ini, diharapkan mampu menjadi tawaran dalam penerapan pendidikan agama di Indonesia guna menumbuhkan rasa saling menerima dan menghargai perbedaan. This article is aimed at seeing the existence of religious Scriptures, that is able to be the basis of multicultural religious education for young people. The role of religious Scriptures in the interfaith dialogue especially for Christian and Muslim youngsters is embodied in Scriptural Reasoning SR, a regular activity of Young Interfaith Peacemaker Community YIPC Indonesia. SR is able to be a medium for interfaith interaction by making religious Scriptures Holy Bible and Koran the foundation that is also supported by YIPC principles, 12 Peace Values, and A Common Word ACW document. The results of this study show that, firstly Religious Scriptures are able to legitimate the dialogue. Secondly Religious Scriptures are able to build collective identity among Christian and Muslim youngsters. This article is a part of qualitative research that shows the data with descriptive analytics method, especially on multicultural religious education developed by Hope S. Antone in order to show the role of religious Scriptures in building solidarity of interfaith youngsters as the shaper of collective identity as well as the source of dialogue legitimacy. This Scriptures-based multicultural religious education in the form of SR is expected to be an offer in the application of religious education in Indonesia to foster mutual acceptance and di Tepian Pembacaan Lintas Tekstual Dua Kisah Mistik Dewa Ruci dan Yakub di Yabok untuk Membangun PerdamaianDaniel K ListijabudiDaniel K. Listijabudi. Bergulat di Tepian Pembacaan Lintas Tekstual Dua Kisah Mistik Dewa Ruci dan Yakub di Yabok untuk Membangun Perdamaian. Jakarta BPK Gunung Mulia, Tafsir Al-Azhar jilid 6. Singapura Pustaka Nasional PTE LTD, Baru Interlinear Yunani -Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru jilid IIHasan SutantoHasan Sutanto. Perjanjian Baru Interlinear Yunani -Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru jilid II. Jakarta LAI, 2003. KehendakAllah itu kehendak pencipta Kehendak jawab pribadi . Mohon tunggu Kategori. Fiksiana . Fiksiana; Cerpen; Puisi Kehendak Allah dan Kehendak Manusia . 21 Desember 2021 08:53 Diperbarui: 21 Desember 2021 10:10 62 2 0 + Laporkan Konten. Laporkan Akun. Lihat foto Sosbud.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Apa yang dinamakan kehendak manusia adalah suatu akibat dari sebab. Sebagai contoh, kehendak seseorang untuk menolong orang lain didasari oleh satu atau beberapa sebab Harapan untuk mendapatkan pertolongan balik dari orang yang ditolong pada waktu mendatang,Harapan untuk mendapatkan simpati atau nama baik dari pihak ketiga,Kebutuhan mengobati rasa sakit hati alamiah naluri akibat menyaksikan penderitaan orang lain,Mengharap kasih sayang atau pertolongan dari Tuhan,Dan di atas adalah wujud kebutuhan diri manusia, sehingga dapat di-skema-kan sebagai berikut Kebutuhan >> Diri >> tidak ada kebutuhan, maka tidak akan ada kehendak. Jadi kehendak manusia pada dasarnya bukanlah berasal murni dari dirinya sendiri. Kehendak manusia bukanlah wujud kreatifitas yang murni dari diri. Kalau toh ada kreatifitas, maka itu hanya berupa “pemilihan kehendak”, yang mana masih terikat dengan kebutuhan uraian di atas, terlihat bahwa kehendak manusia bukanlah kehendak sejati. Kehendak bebas manusia, bukanlah kehendak bebas yang sejati..Kehendak TuhanKehendak manusia berbeda dengan Kehendak Tuhan. Tuhan dalam berkehendak tidak untuk memenuhi kebutuhanNYA KehendakNYA di awali dengan penetapan Tuhan atas diriNYA sifat kasih sayang. Penetapan ini bukan karena kebutuhan, tetapi wujud kesempurnaan, kemandirian, dan kebebasan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah "Salaamun alaikum. Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, yaitu bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Al An'am54. Untuk mencurahkan kasih sayangNYA, DIA berkehendak menciptakan diri-diri manusia yang diberikan kasih sayang mendukung diri manusia, DIA berkehendak menciptakan bumi yang di dalamnya terkandung berbagai mendukung bumi, DIA berkehendak menciptakan langit dan apa yang ada di antara bumi dan Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menciptakan langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.Al Baqarah29*Note Urutan yang seperti di atas adalah suatu bentuk rumusan tujuan penciptaan, yang diwujudkan dengan urutan terbalik, sebagaimana logika manusia mengatakan bahwa bumi tercipta sebelum manusia ada.. Keseluruhan kehendak mencipta alam ini dunia kelak diiringi dengan kehendakNYA mengganti alam ini dengan alam yang lain akhirat. Sehingga alam yang sekarang ini berada dalam suatu rentang waktu tertentu yang telah dikehendakiNYA sendiri. Dan dengan terwujudnya alam akhirat, maka manusia sebagai makhluk akan mencapai kesempurnaan atas kasih sayangNYA.Yaitu pada hari ketika bumi diganti dengan bumi yang lain dan demikian pula langit, dan meraka semuanya di padang Mahsyar berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Ibrahim48 .KehendakNYA terhadap keadaan yang terjadi di alam juga bukan karena kebutuhanNya, tetapi atas dasar kehendakNYA juga yang telah menetapkan hukum alam yang penuh dengan rahmatNYA. KehendakNYA di alam adalah menjaga keseimbangan alam sampai saatnya diganti dengan alam akhirat.***Di antara kehendak Tuhan adalah mewujudkan keadaan baik maupun buruk bagi manusia dikarenakan apa yang dilakukan oleh diri manusia itu sendiri Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.Al Baqarah261Janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang segera menjadi kafir; sesungguhnya mereka tidak sekali-kali dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun. Allah berkehendak tidak akan memberi sesuatu bahagian dari pahala kepada mereka di hari akhirat, dan bagi mereka azab yang besar. Ali Imran176.Tuhan tidak memberi kebaikan kepada manusia tertentu, disebabkan manusia tersebut memang menutup diri terhadap kebaikan. note kafir = menutup diri. Hal ini adalah sebab akibat yang wajar, sehingga bukan keinginan pribadi Tuhan atas keburukan yang akan menimpa seorang manusia. Itulah ayat-ayat Allah. Kami bacakan ayat-ayat itu kepadamu dengan benar; dan tiadalah Allah berkehendak untuk menganiaya hamba-hamba-Nya.Ali Imran108***Selain itu, dalam mewujudkan kehendak, Tuhan sedikitpun tidak mengalami konsekuensi maupun berkata "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun". Allah berfirman dengan perantaraan Jibril "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya "Jadilah", lalu jadilah dia. Ali Imran47Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan. Qaaf38***Kehendak Tuhan juga terbebas dari keinginan manusia. Kehendak Tuhan hanya didasari oleh hukum yang Tuhan buat sendiri, yaitu hukum alam yang teliti dan tidak memihak berkeadilan. 1 2 Lihat Filsafat Selengkapnya
Keempat karena kehendak manusia berada di bawah perbudakan setan maka dia sudah "mati" di hadapan Allah tetapi hidup di hadapan setan. Dengan kata lain, manusia tidak pernah ada kaitannya dengan Allah lagi baik dalam kebajikan, moral, dan kebenaran. Alkitab berkata bahwa manusia mati di dalam dosa dan pelanggarannya (Ef. 2:1). Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Kita mungkin pernah melihat.....Orang hoby bohong yang disebut mythomaniaOrang hoby mencuri yang disebut klepto maniaOrang yang hoby membunuh atau mencelakakan orang lain disebut psikopatDan sangat gawat jika orang tersebut belajar ilmu tasawuf.... yang intinya.....dalam ajaran tasawuf....Semua perbuatanmu Allah yang melakukan dan menciptakan...dalam Hakekat... itu benar....Saya gak ingkari....Tapi perlu dibagi...Mana kehendak Allah....Mana kehendak manusia....Karena kehendak Allah itu kekal...Kehendak manusia dibumi fana.... Kehendak Allah... itu kehendak pencipta...Kehendak manusia...itu tanggung jawab pribadi ....dan....kehendak itu.. yang berasal dari otak dan jantung.... dan listrik ditubuh manusia....yang ada kalanya listrik dalam tubuh manusia suatu saat padam... yaitu ketika kita mati.... ....... Asap sajalah nafas di dalam hidung kita, dan pikiran hanya merupakan bunga api dari denyut jantung SALOMO 22Jadi kalo ada orang suka bohong...Suka mencuri...suka mencelakai manusia atau membunuh... itu kehendak manusia... dari listrik di otak yang tak stabil..... manusia punya kehendak...Allah juga punya kehendak..... Lihat Sosbud Selengkapnya
Kehendakbebas yang dimiliki manusia hanya berguna di dalam batas-batas itu. Untuk mempermudah pemahaman, berikut adalah perumpamaan kolam ikan. Anggaplah diri kita sebagai Allah yang sedang membuat dunia beserta isinya. Kolam ikan sebagai dunia dan ikan-ikan sebagai manusia. Buatlah sebuah kolam luas dengan dasar yang dalam, seolah-olah kolam
Hidup Menurut Kehendak Allah​—Sekarang dan Untuk Selamanya ”Kamupun . . . waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah.”—1 PETRUS 41, 2. 1, 2. a Bagaimana reaksi banyak orang terhadap gagasan untuk tunduk kepada kemauan orang lain? b Bagaimana reaksi beberapa orang di sidang Kristen? c Maka pertanyaan-pertanyaan apa diajukan? BAGAIMANA tanggapan saudara terhadap gagasan untuk membiarkan kehidupan saudara dikendalikan oleh Allah? Banyak orang dewasa ini sangat tidak senang dengan gagasan untuk tunduk kepada kemauan orang lain. Bahkan dalam masyarakat-masyarakat yang dikatakan stabil, pemberontakan melawan wewenang makin banyak. Kerusuhan, protes, kekacauan, dan kekerasan merupakan hal biasa setiap hari. Di bawah tekanan, lapisan peradaban menjadi tipis dan rapuh.—2 Timotius 31-3. 2 Sebaliknya, Saksi-Saksi Yehuwa menunjukkan bahwa mereka hidup menurut kehendak Allah melalui kesetiaan mereka, misalnya, dalam pelayanan kesaksian umum. Meskipun demikian, bahkan dalam sidang Kristen, semangat ingin bebas kadang-kadang diperlihatkan oleh beberapa orang. Mereka mungkin merasa kesal dengan disiplin dari para penatua. Beberapa tidak memperlihatkan respek kepada golongan ”hamba yang setia dan bijaksana” dan Badan Pimpinannya. Matius 2445-47; Kisah 152, 23 Karena itu timbul pertanyaan Mengapa saya harus tunduk kepada kehendak Allah? Mengapa kehidupan saya harus dikendalikan oleh Allah? Teladan Kristus yang Tidak Mementingkan Diri 3. Nasihat apa diberikan Petrus mengenai sikap mental kita? 3 Petrus, yang mempunyai banyak pengalaman bersama Yesus, percaya bahwa ada alasan yang sangat baik untuk hidup menurut kehendak Allah dan bukan kemauan kita. Ia mengatakan, ”Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran [”sikap mental,” NW] yang demikian,—karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa—, supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah.”—1 Petrus 41, 2. 4. Bagaimana Yesus menunjukkan ketundukannya kepada Bapanya? 4 Mengapa Yesus mengalami penderitaan badani? Karena ia mendukung pihak Bapanya dalam sengketa kedaulatan atau pemerintahan universal. Ia membuktikan Allah benar dan Setan pendusta. Dan ia melakukan hal itu dengan membiarkan kehidupannya di bumi dikendalikan oleh Allah, meskipun akibatnya ia harus mati martir.—2 Korintus 514, 15. 5. Tantangan apa diajukan oleh teladan Kristus bagi kita? 5 Tetapi kematian tersebut merupakan pernyataan dari kasih Allah melalui Kristus. 1 Yohanes 410 Mengapa demikian? Karena sebagai hasilnya, manfaat-manfaat tersedia bagi seluruh umat manusia. Roma 58; 623 Namun berapa banyak orang yang mau menerima manfaat-manfaat tersebut? Berapa banyak yang mau meniru Kristus dan mengorbankan keinginan mereka sendiri untuk tunduk kepada kehendak Allah?—Ibrani 1315, 17. Manfaatnya Sekarang dan di Masa Depan 6, 7. Apa manfaat-manfaat dari ketundukan kepada kehendak Yehuwa? 6 Jadi betapa cocoknya, bahkan pada jaman kita, undangan yang Yehuwa berikan kepada bangsa Israel tahun yang lalu, ”Akulah [Yehuwa], Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh. Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintahKu, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti.”—Yesaya 4817, 18; bandingkan Kejadian 2218. 7 Yehuwa mengajar kita agar mendapatkan manfaat dengan hidup menurut kehendakNya—dan manfaat tersebut bukan hanya perdamaian dan kebenaran sekarang. Ini mencakup berkat-berkat kehidupan kekal di masa depan, seperti yang Yesus janjikan, ”Sebab inilah kehendak BapaKu, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.”—Yohanes 640. 8. Cara bagaimana janji Yesus mengenai kebangkitan merupakan suatu penghiburan dewasa ini? 8 Kata-kata tersebut sangat menghibur orang-orang Kristen yang setia dewasa ini yang sudah lanjut usia. Sistem ini sudah memasuki tahun ke-72 sejak saat yang genting tahun 1914. Dunia Setan umurnya lebih panjang dari pada yang diperkirakan banyak orang. Sebenarnya, ada orang-orang Kristen yang setia yang berharap untuk melihat Armagedon dan awal dari sistem baru dalam kehidupan mereka, telah meninggal. Namun kehidupan mereka, yang dibaktikan untuk melakukan kehendak Allah, tidak sia-sia. Sesuai dengan perkataannya, Yesus akan membangkitkan mereka dan mengaruniai mereka manfaat dari hidup yang kekal.—Yohanes 528, 29; 1 Korintus 1558. Sikap Mental Kristus 9, 10. a Dengan apa kita harus mempersenjatai diri sendiri? Filipi 25-8 b Apa yang istimewa mengenai kata Yunani yang diterjemahkan ”sikap mental” di 1 Petrus 41? 9 Apa yang dapat mempermudah kita untuk tunduk kepada kehendak Allah? Menurut nasihat Petrus, yang dikutip dalam paragraf 3, kita harus mempersenjatai diri dengan ”sikap mental yang demikian” yang dimiliki Yesus.—1 Petrus 41. 10 Petrus di sini menggunakan sebuah kata Yunani yang hanya terdapat dua kali dalam Alkitab Yunani—enʹnoia. Meskipun ada yang menerjemahkannya ”pikiran,” ini bukan kata Yunani nous yang biasa digunakan untuk ”pikiran.” Karena itu Petrus, di bawah ilham, memaksudkan suatu hal khusus ketika ia memilih kata benda yang kurang umum ini. Sarjana Yunani W. E. Vine mengatakan bahwa enʹnoia ”menyatakan tujuan, maksud, rancangan.” Greek-English Lexicon dari J. H. Thayer mendefinisikannya sebagai ”cara berpikir dan merasa.” 11. Apa yang dapat kita pelajari dari teladan Yesus sehubungan dengan cara kita menggunakan kehidupan kita? 11 Haluan tindakan Yesus yang rela berkorban dengan jelas menunjukkan tujuan, atau maksudnya. Ia tidak menempuh kehidupan yang sia-sia, hanya mencari kesenangan dan hiburan belaka. Ia tahu bahwa ia tidak meninggalkan kehidupannya yang terdahulu di surga untuk disia-siakan selama beberapa tahun di atas bumi dengan mengejar perkara-perkara yang mementingkan diri. Lihat pertentangannya di Kejadian 61, 2, 4, dan Yudas 6. Maka ia menyatakan, ”Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendakKu, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.” Yohanes 638 Yesus tidak bercabang dalam pengabdian kepada maksud-tujuan Bapanya, selalu mengutamakan hal itu di atas kemauannya sendiri, meskipun sampai harus mati secara hina.—Lukas 2242. 12, 13. a Bagaimana Yesus memperlihatkan sikap mentalnya di sumur Yakub? b Apa yang Yesus maksudkan ketika ia mengatakan, ”PadaKu ada makanan yang tidak kamu kenal”? 12 Bahkan ketika ia lelah dan lapar, Yesus dengan jelas menunjukkan sikap mentalnya terhadap kehendak Bapanya. Pada satu kesempatan, sementara murid-muridnya pergi mencari makanan, ia beristirahat di sumur Yakub. Ia boleh saja tidur, sampai murid-murid itu kembali, tetapi sebaliknya ia berusaha keras melakukan kehendak Allah. Ia mengambil langkah yang tidak lazim bagi seorang Yahudi. Ia mengadakan percakapan dengan seorang wanita Samaria. Ia membuka mata wanita itu sehingga mengerti tentang Allah yang benar. Hasilnya, ”banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepadaNya karena perkataan perempuan itu.”—Yohanes 46-26, 39-42. 13 Ketika murid-muridnya kembali, mereka mendesaknya untuk makan. Tetapi bagaimana jawabannya? ”PadaKu ada makanan yang tidak kamu kenal.” Mereka tercengang mendengar jawabannya sampai ia menambahkan, ”MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya.” Jelas, Yesus senang menundukkan diri kepada kehendak Bapanya. Baginya ini seperti makanan dan sebagaimana halnya dengan makanan yang sedap, ia menikmati kepuasan sejati sebagai hasilnya. Jika kita benar-benar ingin merasa puas dalam kehidupan kita, tidak ada hal lain yang lebih baik yang dapat kita lakukan selain mengikuti teladan Yesus Kristus.—Yohanes 431-38. Pengaruh dari Sikap Mental Kristus 14. Apa yang kita butuhkan untuk dapat mempunyai sikap mental seperti Kristus? Beri contoh. 14 Bagaimana memiliki sikap mental seperti Kristus seharusnya mempengaruhi kita? Jika kita belajar untuk berpikir seperti Kristus, maka kita akan mempunyai suatu kekuatan batin yang akan membimbing kita untuk melakukan apa yang akan Yesus lakukan di bawah keadaan apapun. Lukas 2242; Efesus 423, 24 Kekuatan ini bukan hasil dari sekedar takut mendapat hukuman seperti misalnya disiplin dari para penatua di sidang, melainkan sebaliknya karena penghargaan yang meluap untuk hukum-hukum dan prinsip-prinsip Yehuwa. Kita dapat membandingkan keadaannya dengan seseorang yang mematuhi peraturan-peraturan lalu lintas hanya jika ada polisi—ia hanya menundukkan diri kepada suatu pengaruh dari luar. Namun orang yang menghargai kehidupan, mengasihi sesamanya, dan yang melihat hikmat dari adanya peraturan lalu lintas, akan taat karena menghargai peraturan. Ia mempunyai motif yang kuat dalam batin.—Mazmur 5112. 15. a Apa yang membuktikan bahwa Yesus mempunyai kekuatan dalam batin yang menggerakkan pikirannya? Efesus 423 b Teladan-teladan apa dalam hal integritas membuktikan adanya sikap mental seperti Kristus dalam diri orang-orang Kristen jaman modern? 15 Yesus mempunyai ”kekuatan” batin itu yang menggerakkan pikirannya.’ Maka ia setia kepada kehendak Bapanya, bahkan sampai mati. Ia tekun menanggung penderitaan tanpa mengeluh atau mencerca orang-orang yang menganiaya dia. 1 Petrus 221-24 Kadang-kadang kita sebagai orang Kristen mungkin harus mengalami tekanan yang sama. Para pejabat yang menentang mungkin mencoba menghentikan kegiatan pengabaran dan perhimpunan-perhimpunan kita, seperti yang mereka lakukan di Spanyol pada jaman Franco dan di berbagai negeri Eropa selama pendudukan Nazi. Banyak saudara-saudari diperlakukan dengan kejam supaya mereka mengkhianati saudara-saudara yang bertanggung jawab di sidang setempat. Meskipun ditindas, mayoritas tetap teguh. Lihat 1978 Yearbook of Jehovahˈs Witnesses, halaman 171-2, 182-3; 1986 Yearbook of Jehovahˈs Witnesses, halaman 137-59. 16. Apa beberapa cara bagaimana kita dapat diuji dewasa ini? Bagaimana kita dapat menolaknya? 16 Kita mungkin akan ditekan dalam hal kenetralan Kristen atau penggunaan transfusi darah. Kisah 529; 1528, 29 Maka persoalan yang timbul ialah, Apakah kita hidup menurut kehendak Allah atau kehendak manusia? Atau mungkin akan timbul godaan dari keinginan tubuh dan juga teman-teman yang tidak baik. Mungkin di sekolah atau di tempat pekerjaan saudara, ada kesempatan untuk merokok atau menggunakan narkotika tanpa diketahui seorang pun di sidang mengenai hal itu. Atau bagaimana dengan godaan untuk berjudi dalam bentuk lotre? Atau melakukan percabulan atau perzinahan? Sering sekali suasana kerja duniawi dapat membangkitkan pikiran yang salah dan tindakan yang salah—kecuali jika kita mempunyai keteguhan hati yang sama seperti Kristus dalam hal melakukan kehendak Allah. Apa yang akan saudara lakukan? Apakah saudara akan mempunyai kekuatan yang benar yang menggerakkan pikiran saudara sehingga saudara akan mengikuti haluan tindakan Kristus di bawah keadaan-keadaan demikian?—Efesus 417-20; 1 Yohanes 215, 16. 17, 18. a Pokok penting apa ditandaskan Petrus berkenaan mereka yang mempraktekkan dosa? b Apa yang dibutuhkan untuk dapat menolak serangan dari dosa? 17 Petrus selanjutnya menandaskan perlunya melakukan kehendak Allah ketika ia menasihati, ”Sebab telah cukup banyak waktu kamu pergunakan untuk melakukan kehendak orang-orang yang tidak mengenal Allah. Kamu telah hidup dalam rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta pora, perjamuan minum dan penyembahan berhala yang terlarang. Sebab itu mereka heran, bahwa kamu tidak turut mencemplungkan diri bersama-sama mereka di dalam kubangan ketidaksenonohan yang sama, dan mereka memfitnah kamu. Tetapi mereka harus memberi pertanggungan jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati.”—1 Petrus 43-5. 18 Di sini Petrus dengan tegas menandaskan—orang yang mengabaikan kehendak Allah harus memberikan pertanggungjawaban. Bandingkan Roma 1412 dan Ibrani 1317. Paulus menarik kesimpulan yang sama dalam suratnya kepada orang-orang Kolose, di mana ia menulis, ”Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah.” Semua orang yang mempraktekkan hal-hal tersebut tentu tidak hidup menurut kehendak Allah, melainkan sebaliknya, untuk memuaskan dorongan mereka sendiri yang tamak. Namun orang-orang dapat menghentikan perbuatan yang rendah secara moral itu, karena, seperti dikatakan Paulus, ”Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya.”—Kolose 35-7; Efesus 419; lihat juga 1 Korintus 69-11. Memahami Apa Kehendak Allah 19. Bagaimana banyak orang sekarang menunjukkan bahwa mereka hidup menurut kehendak Yehuwa? Roma 121, 2 19 Selama tahun-tahun terakhir dari abad ke-20 ini, lebih dari tiga juta orang telah memahami apa kehendak Allah bagi mereka. Hasilnya, mereka dengan bergairah memberitakan kabar baik dari pemerintahan Kerajaan Allah. Kisah 812; Markus 1310 Mereka tidak hidup semata-mata untuk diri sendiri, seperti yang dilakukan mayoritas orang-orang lain. Mereka tahu bahwa Allah tidak lama lagi akan mengakhiri sistem yang korup ini, dan mereka membuat pengorbanan untuk membantu orang-orang lain mendapatkan pengetahuan yang saksama ini, seperti rasul Paulus menasihati, ”Perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah [sebaik-baiknya, BIS] waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak [Yehuwa].”—Efesus 515-17. 20, 21. a Bagaimana hendaknya pandangan kita terhadap karunia kehidupan? Yakobus 413-17 b Bagaimana kita dapat menghindar agar tidak mengikuti dunia ini? 20 Hidup ini bagaikan segelas air yang sejuk dan segar. Dalam dasawarsa pertama dari kehidupan seseorang, ia ”minum” sepuas-puasnya dan dengan tergesa-gesa—sampai ia mulai berpikir berapa banyak tahun-tahun kehidupan yang masih tersisa dalam ”gelas” itu. itu adalah teka-teki yang membingungkan setiap orang. Maka betapa penting, untuk menempuh kehidupan dengan perasaan tanggung jawab terhadap Allah dan sesama manusia! Betapa penting untuk mempertimbangkan kehendak Allah dan bukan hanya kemauan sendiri yang mementingkan diri!—Matius 721, 24, 26. 21 Namun, karena kita sekarang hidup dalam suatu dunia yang dikuasai oleh roh Setan, tidak selalu mudah untuk hidup menurut kehendak Allah. Wahyu 129 Tekanan dilancarkan setiap waktu untuk membentuk kita menurut kehendak dan sikap mental dunia ini. Secara iseng maupun kegilaan mengikuti mode, bahkan dapat mempengaruhi beberapa orang di sidang, sehingga mereka mulai kelihatan seperti salah satu anggota kelompok penghibur yang terkenal. Maka, betapa cocoknya nasihat Paulus, ”Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”!—Roma 122. 22. a Apa kehendak Allah bagi jaman kita? b Bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa kita hidup menurut kehendak Allah? c Berkat-berkat apa menantikan mereka yang benar-benar hidup menurut kehendak Allah? 22 Kehendak Allah ialah agar ”Injil Kerajaan ini” diberitakan di seluruh dunia sebelum Ia mengakhiri sistem dunia sekarang. Matius 2414; Wahyu 146, 7 Hal ini memberikan lebih banyak alasan untuk menyambut permintaan akan lebih banyak rohaniwan sepenuh-waktu jika keadaan saudara memungkinkannya. Ini juga suatu alasan bagi para penatua dan pelayan sidang agar merelakan diri untuk pindah ke sidang-sidang yang membutuhkan bantuan mereka. Dan hal itu merupakan suatu alasan yang menggetarkan sekali bagi setiap Saksi untuk menjadi saksi Kristen yang sejati—bukan hanya memakai nama Kristen saja tetapi benar-benar hidup menurut kehendak Allah sekarang dan untuk selama-lamanya. Ketahuilah bahwa dengan berbuat demikian saudara mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi diri sendiri di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya.’—1 Timotius 619. Bagaimana Saudara Akan Menjawab? ◻ Bagaimana Yesus menunjukkan bahwa ia hidup menurut kehendak Allah? ◻ Manfaat-manfaat apa yang tersedia bagi mereka yang hidup menurut kehendak Allah? ◻ Bagaimana sikap mental Kristus terhadap kehendak Allah? ◻ Bagaimana seharusnya kekuatan yang menggerakkan pikiran’ mempengaruhi kita? ◻ Bagaimana hendaknya kita memandang kehidupan?
Taufikmerupakan persesuaian kehendak manusia dengan kehendak Allah atau persesuaian kehendak Allah dengan kehendak manusia. Allah mempunyai dua macam kehendak. Pertama, dinamai masyi'ah, dari situ berakhir kata insya Allah. Masyi'ah itu ada kehendak-Nya yang tidak berubah, yang pasti terjadi. Misalnya kematian, itu pasti, betapa pun Anda
وَمَا تَشَآءُونَ إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلْعَٰلَمِينَ Arab-Latin Wa mā tasyā`ụna illā ay yasyā`allāhu rabbul-'ālamīnArtinya Dan kamu tidak dapat menghendaki menempuh jalan itu kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam. At-Takwir 28 ✵ Al-Infitar 1 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangPelajaran Mendalam Tentang Surat At-Takwir Ayat 29 Paragraf di atas merupakan Surat At-Takwir Ayat 29 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada berbagai pelajaran mendalam dari ayat ini. Terdokumentasi berbagai penjabaran dari beragam ulama terhadap isi surat At-Takwir ayat 29, di antaranya seperti berikut📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia26-29. Dimana akal kalian saat kalian mendustakan al-qur’an setelah argument-argument yang kuat ini? Al-qur’an adalah nasihat bagi seluruh manusia, Yaitu bagi siapa yang berkenan dari kalian untuk berjalan lurus diatas kebenaran dan iman. Kalian tidak sanggup beristiqamah dan tidak menghendakinya kecuali dengan kehendak Allah tuhan seluruh makhluk.📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram29. Dan tidaklah kalian mampu berkehendak untuk istikamah atau berkehendak lainnya kecuali bila Allah -Rabb segala makhluk- berkehendak demikian.📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah29. وَمَا تَشَآءُونَ إِلَّآ أَن يَشَآءَ اللَّـهُ رَبُّ الْعٰلَمِينَ Dan kamu tidak dapat menghendaki menempuh jalan itu kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam Yakni tidaklah kalian menghendaki atau mampu untuk beristiqamah kecuali dengan kehendak dan taufik dari dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah29. Kamu sekali-kali tidak akan bisa menempuh jalan lurus itu kecuali hanya ketika Allah menghendaki itu padamu. Dia-lah Penguasa seluruh makhluk📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah{Kalian tidak dapat berkehendak, kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam} Tuhan semua makhluk.📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 HAyat 29 “Dan kamu tidak dapat menghendaki menempuh jalan itu kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta alam,” yakni, kehendak Allah pasti terlaksanan, tidak mungkin dicegah dan dihalangi. Dalam ayat ini dan ayat-ayat serupa terdapat bantahan untuk golongan yang menafikan takdir dan golongan yang menyatakan bahwa manusia dipaksa melakukan segala sesuatu sebagaimana contohnya telah dijelaskan dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Prof. Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, anggota Lajnah Daaimah Komite Fatwa Majelis Ulama KSAKehendak hamba itu mengikuti kehendak Allah ﷻ, dan ayat ini merupakan bantahan atas pemahaman para pengikut "al-qodariyah'' dari golongan ''al-mu'tazilah'' yang mengatakan Setiap hamba memiliki keinginan tersendiri, dan keinginan itu tidak ada campur tangan dari Allah ﷻ. Dan orang-orang yang berada dalam kebenaran mengatakan Setiap hamba memiliki keinginan ataupun kehendak akan tetapi keinginan itu mengikuti keinginan dan kehendak Allah ﷻ.📚 Tafsir Juz 'Amma / Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, ulama besar abad 14 HOleh karenanya Allah berfirman وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ “Dan kamu tidak dapat menghendaki menempuh jalan itu kecuali apabila dikehendaki Allah,” Tidaklah kita menghendaki sesuatu melainkan itu sudah dikehendaki Allah sebelumnya. Jika kita sudah menghendaki sesuatu kita tahu itu juga atas kehendak Allah, kalau bukan karena kehendak Allah maka itu tidak bisa kita realisasikan, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلَ الَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَلَكِنِ اخْتَلَفُوا فَمِنْهُمْ مَنْ آمَنَ وَمِنْهُمْ مَنْ كَفَرَ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلُوا “Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang yang datang sesudah rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada pula di antara mereka yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan.”QS. Al-Baqoroh 253 Jika kita melakukan sesuatu maka kita tahu bahwa itu sesuai dengan kehendak dan pilihan kita, akan tetapi kita tahu bahwa kehendak dan pilihan kita tersebut dapat terwujud setelah kehendak Allah Azza Wa Jalla, kalau bukan karena kehendak Allah maka kita tidak bisa berbuat apa pun. Jika ada yang mengatakan Kalau begitu kita punya hujjah alasan dalam melakukan kemaksiatan, karena kita tidak berkehendak bermaksiat kecuali setelah dikehendaki Allah. Jawabannya Tidak ada hujjah alasan bagi kita, karena kita tidak tahu bahwa Allah telah menghendakinya kecuali setelah kita lakukan, dan kita lakukan berdasarkan pilihan kita, oleh karena itu, tidak mungkin kita mengatakan Allah telah menghendaki demikian kecuali setalah itu terjadi, jika telah terjadi maka mengapa itu bisa terjadi? Itu terjadi karena keinginan dan kehendak kita. Maka dari itu tidak mungkin bagi pelaku maksiat mempunyai hujjah kepada Allah Azza Wa Jalla, Allah telah membantah hujjah ini dalam firman-Nya سَيَقُولُ الَّذِينَ أَشْرَكُوا لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا أَشْرَكْنَا وَلَا آبَاؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا مِنْ شَيْءٍ كَذَلِكَ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ حَتَّى ذَاقُوا بَأْسَنَا “Orang-orang yang mempersekutukan Allah, akan mengatakan "Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak pula kami mengharamkan barang sesuatu apa pun". Demikian pulalah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan para rasul sampai mereka merasakan siksaan Kami.”QS. Al-An’am 148 Kalau saja mereka tidak tidak punya hujjah kalau mereka punya hujjah maka mereka tidak akan merasakan siksa Allah, dan pasti mereka akan selamat dari siksa Allah. Namun mereka tidak memiliki hujjah, maka mereka akan merasakan siksa Allah. Kita semua tahu jika ada seseorang ditawarkan bahwa ada negeri aman dan tentram, rejekinya mengalir di seluruh penjuru negeri itu, di dalamnya terdapat mata pencaharian yang tidak didapati di negeri lainnya, dan ada negeri satunya, negeri yang menakutkan tidak tentram, perekonomiannya goncang dan keamanannya tidak stabil, maka ia akan pergi ke negeri yang mana? Tentu pasti dia akan pergi ke negeri yang pertama murni kerena keinginannya sendiri, begitu juga dalam memilih jalan kebaikan dan jalan keburukan. Allah telah menjelaskan kepada kita, ini jalan ke neraka jahannam, ini jalan ke surga. Allah juga menjelaskan kepada kita tentang kenikmatan yang ada disurga, dan juga tentang azab neraka, maka yang mana yang akan kita tempuh? Tentu sangat jelas pasti kita akan menempuh jalan ke surga tanpa ragu, sebagaimana dalam contoh sebelumnya kita akan menempuh jalan menuju negeri yang aman yang menghasilkan rejeki yang lancar di setiap penjurunya. Jika saja yang kita tempuh adalah jalan ke neraka maka kita akan memperoleh celaan dan kehinaan. Kita akan dipanggil dengan sebutan bodoh, sebagaimana jika kita menempuh jalan ke negeri yang menakutkan, goncang yang tidak ada ketentraman di dalamnya, maka setiap orang akan mencela dan menycibir kita. Sehingga, dalam firman Allah ta’ala لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَقِيمَ “yaitu bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus.” terdapatpenetapan bahwa manusia melakukan sesuatu dengan kehendak dan keinginannya, namun setelah ia melakukan dan menghendaki sesuatu itu kita tahu bahwa Allah telah menghendakinya sebelumnya, seandainya Allah berkehendak lain maka tidak mungkin ia dapat mengerjakannya. Dan banyak hal yang seorang manusia telah bertekad sesuatu, dan menuju ke tekadnya itu, namun tidak lama kemudian dia berpaling darinya atau dipalingkan darinya, karena Allah tidak menghendakinya. Kita banyak menginginkan pergi ke Masjid untuk mendengarkan ceramah, tiba tiba kita pergi karena ada suatu sebab atau tanpa sebab, terkadang sebabnya kita ingat bahwa kita punya kesibukan lain sehingga kita pulang, dan terkadang kita pulang tanpa sebab, kita tidak tahu melainkan karena Allah telah memalingkan keinginan kita darinya maka kita pun pulang. Oleh karena itu jika orang arab badui di tanya Dengan apa engkau mengenal Rabb-Mu? Ia akan menjawab Dengan dihilangkannya tekad-tekad dan dipalingkannya keinginan kita. Dengan dihilangkannya tekad-tekad Yakni seorang manusia bertekad sesuatu dengan tekan yang kuat, tiba tiba tekad itu hilang! Siapa yang menghilangkan tekadnya itu, dia tidak merasakannya, bahwa di sana yang mendorongnya yang mengharuskan ia meniadakan tekad awalnya itu, itu adalah murni kehendak Allah. Dipalingkannya keinginan kita Insan menginginkan sesuatu ia menuju kepadanya dengan sempurna, tiba-tiba ia mendapati dirinya berpaling dari itu, baik yang memalingkannya itu berupa penghalang yang dapat ia rasakan dengan indranya atau bisa juga hanya sekedar pilihannya, pilihan untuk tidak meneruskannya. Semua itu murni dari Allah Azza Wa Jalla. Kesimpulannya Bahwa Allah berfirman لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَقِيمَ “yaitu bagi siapa di antara kamu yang mau istiqomah menempuh jalan yang lurus.” Istiqomah adalah keadilan keseimbangan dan tidak ada keadilan yang lebih lurus daripada keadilan Allah Azza Wa Jalla dalam syari’at-Nya. Syari’at-syari’at terdahulu itu menyesuaikan dengan kondisi, waktu dan keadaan umat-umat terdahulu, dan setelah diutusnya Rasulullah alaihissholaatu wassalaam, maka syari’at pasti sesuai dengan umat diutusnya Nabi shallallaahu alaihi wa sallam dari sejak awal diutusnya beliau hingga dunia ini berakhir. Oleh karena itu, ada ungkapan yang dikenal mengatakan “Bahwa agama islam baik untuk setiap zaman, tempat dan keadan”. Seandainya manusia berpegang dengannya maka pasti Allah akan memperbaiki manusia. Misalnya, Coba perhatikan, pertama-tama ia harus solat dengan berdiri, jika tidak mampu maka duduk, jika tidak mampu maka berbaring, dengan begitu syari’at ini berkembang sesuai dengan kondisi seseorang, karena agama baik untuk setiap waktu, tempat dan keadaan. Seorang yang tidak dalam kondisi suci bersuci wajib bersuci dengan air, kalau tidak mampu menggunakan air karena sakit atau tidak ada air maka ia boleh bertayammum, jika tidak mampu, tidak ada debu, atau tidak bisa mengenakan debu maka ia tetap sholat tanpa sesuatu, tanpa bersuci dengan air juga tanpa bersuci dengan tayammum. Semua ini dikarenakan syari’at Allah Azza Wa Jalla dibangun di atas keadilan, tidak ada unsur semena-mena dan kezaliman di dalamnya, tanpa dan tekananan dan yang memberatkan/ oleh karenanya Allah berfirman أَنْ يَسْتَقِيمَ “yang mau istiqomah menempuh jalan yang lurus.” sedangkan kebalikan dari istiqomah adalah inhiraf menyimpang yang terbagi menjadi dua penyimpangan berupa belebihan dan ghuluw, dan penyimpangan berupa bermudah-mudah dan menyepelekan. Oleh karena itu manusia dalam menyikapi agama Allah Azza Wa Jalla ada tiga macam Dua macam dan yang tengah-tengah, ada yang berlebihan, guluw, memaksakan dan memberat-beratkan, dan ada yang mnggampangkan, menyepelekan dan bermudah-mudah, dan yang ketiga adalah yang tengah-tengah antara yang berlebihan dengan yang bermudah-mudah, lurus di atas agama Allah, inilah yang terpuji. Adapun yang berlebihan dan yang bermudah-mudah keduanya binasa sesuai kadar berlebihan dan bermudah-mudahannya. Nabi shallallaahu alaihi wa sallam melarang berlebihan, melampaui, memaksakan diri dalam agama sehingga beliau bersabda هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُوْنَ، هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُوْنَ، هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُوْنَ “ Binasalah orang-orang yang memaksakan diri, binasalah orang-orang yang memaksakan diri ”1 karena memaksakan diri mengandung unsur memberatkan diri di dalamnya terdapat unsur keluar dari agama Allah Azza Wa Jalla. Sebagaimana beliau juga mencela orang yang melalaikan dan bemudah-mudah, Allah berfirman dalam mensifati orang-orang munafik وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى “Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas.” QS. An-Nisa 142 Agama Allah pertengahan antara berlebihan dengan bermudah-mudah, oleh karenanya Allah di sini berfirman لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَقِيمَ “yaitu bagi siapa di antara kamu yang mau istiqomah menempuh jalan yang lurus.” tidak condong baik ke kiri mau pun ke kanan. Sehingga berjalan dengan seimbang di atas agama Allah Azza Wa Jalla. Selain berlaku saat berinteraksi dengan Al-Khaliq Azza wa Jalla, yaitu dalam ibadah, istiqamah juga harus diterapkan saat bermu’amalah dengan makhluk, maka hendaknya engkau berinteraksi dengan orang-orang dengan sikap pertengahan, antara sikap keras, kasar dan garang dengan sikap santai, mengalah dan merendah, jadilah seorang yang tegas dalam suatu kondisi dan jadilah orang yang lembut pada kondisi yang lain. Oleh karenanya para Fuqoha rahimahumullah berkaitan dengan hakim, mengatakan “Hendaknya ia lembut tanpa menunjukkan kelemahan, kuat tanpa kekerasan” Sehingga kelembutannya tidak terlampau hingga lemah dan kekuatannya tidak terlampai hingga kasar, namun pertengahan keduanya, lembut tidak lemah dan kuat tanpa harus kasar sehingga perkaranya lurus. Sebagian memperlakukan orang lain dengan kekerasan, kasar dan memandang dirinya lebih tinggi dari orang lain, dan orang lain lebih rendah darinya. Ini adalah kekeliruan. Sebagian orang juga ada yang merendahkan dirinya sampai-sampai kerendahannya itu malampaui batas diremehkan dan tidak peduli, sehingga ia tidah ada kehormatan di hadapan manusia, ini juga kesalahan. Seharusnya seorang insan memiliki karakter antara dua sifat yang bertentangan tersebut sebagaimana petunjuk Nabi shallallaahu alaihi wa sallam. Sungguh beliau shallallaahu alaihi wa sallam akan tegas di saat yang mengharuskannya tegas, dan bersikap lembut di saat yang semestinya lembut, maka seorang insan mengumpulkan antara sikap tegas, keras dengan sikap lembut, santun dan kasih sayang. 1 Dikeluarkan Muslim 2670 dari hadits Abdullah Bin Mas'ud radhiyallaahu 'anhu وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ “Dan kamu tidak dapat menghendaki menempuh jalan itu kecuali apabila dikehendaki Allah,” Maknanya Kalian tidak mungkin menghendaki terwujudnya sesuatu kecuali Allah telah menghendakinya sebelumnya, maka kehendak manusia tidak terjadi kecuali setelah kehendak Allah Azza Wa Jalla, jikalau Allah menghendaki tidak akan terjadi, dan kalau Allah menghendaki sesuatu tidak terjadi pasti tidak akan terjadi walau pun anda menghendakinya, sampai pun kalau anda menghendakinya sedangkan Allah tidak menghendaki maka itu tidak akan pernah terjadi. Bahkan Allah Ta’ala akan mendatangkan sebab-sebab yang akan menghalangi anda dengan perkara itu sehingga tidak terjadi, ini adalah permasalahan yang harus diperhatikan oleh setiap insan, hendaknya mengetahui bahwa perbuatannya adalah kehendaknya sendiri secara utuh tanpa paksaan, namun kehendaknya ini terkait dengan kehendak Allah, ia mengetahui bahwa tidaklah ia menghendaki sesuatu kecuali setelah kehendak Allah, dan seandainya Allah berkehendak untuk tidak terjadi maka insan tidak mungkin mewujudkannya atau jika manusia tetap menghendakinya namun ia akan tehalangi dengan sebab-sebab dan penghalang-penghalang. رَبُّ الْعَالَمِينَ “Rabb semesta Alam” Mengandung isyarat kepada keumuman rububiyah Allah, dan bahwa rububiyah Allah mencakup segala sesuatu, namun perlu kita ketahui makna Aalamiin pada ayat ini tidak sama dengan aalamiin pada firman Allah إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِلْعَالَمِينَ “Al Qur'an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam" Makna Aalamiin yang pertama ذِكْرٌ لِلْعَالَمِينَ “peringatan bagi semesta alam" adalah orang-orang yang diutus rasul kepada mereka adapun pada ayat ini رَبُّ الْعَالَمِينَ “Rabb semesta Alam” maka maksudnya adalah segala sesuatu selain Allah makhluk, semua selain Allah maka itu disebut aalam, karena tidak ada di sini kecuali Raabb pencipta, pengatur dan marbub. Jika dikatakan Rabb al-aalamiin semesta alam maka pasti maknanya adalah segala sesuatu selain Allah, Sebagaimana dikatakan oleh al-Imam, Syaikhul Islaam Muhammad Bin Abdulwahhaab rahimahullah “ dan segala sesuatu selain Allah disebut aalam dan aku adalah salah satu dari aalam ” Kesimpulannya Bahwa Surat ini adalah surat yang agung, yang mengandung peringatan dan pelajaran yang selayaknya seorang mukmin membacanya dengan mentadabburinya, perlahan dan mengambil pelajaran dari kandungannya sebagaimana ini wajib ia lakukan di semua surat dan ayat dalam al-Quran, sehingga ia tergolong orang yang dapat mengambil pelajaran dan manfaat dari kitabullaah. Kita memohon kepada Allah Ta’ala agar memberikan pelajaran dengan kitab-Nya, petunjuk rasul-Nya shallallaahu alaihi wa sallam dan tanda-tanda kebesaran-Nya yang nyata, sesungguhnya Dia Maha kuasa atas segala sesuatu.📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-SyawiSurat At-Takwir ayat 29 Ketahuilah oleh kalian ! Sesungguhnya kalian tidak akan mampu melakukan apapun kepada siapa yang istiqamah kecuali atas izin Allah, dan telah Allah muliakan atas hamba-hamba-Nya dan Allah jadikan mereka pilihan; Maka silahkan bagi yang ingin beriman silahkan beriman dan bagi yang ingin kafir silahkan dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, berlaku, tidak mungkin ditolak atau dihalangi. Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan demikian, adalah agar manusia tidak bersandar kepada dirinya, bahkan hendaknya ia mengetahui bahwa hal itu terkait dengan kehendak Allah sehingga ia pun meminta kepada Allah hidayah-Nya kepada apa yang dicintai-Nya dan diridhai-Nya. Dalam ayat ini terdapat bantahan terhadap golongan Qadariyyah yang beranggapan bahwa manusia berkuasa mutlak terhadap tindakannya dan bahwa Allah sama sekali tidak berkuasa. Yang benar adalah jalan yang ditempuh Ahlussunnah wal jama'ah, di mana jalan tersebut merupakan jalan As Salafush Shalih, yakni bahwa manusia berbuat sesuai kehendak dan pilihannya, namun kehendak dan pilihannya mengikuti kehendak Allah Ta'ala, jika Dia menghendaki, maka akan terjadi perbuatan itu dan jika tidak menghendaki, maka tidak akan terjadi perbuatan itu.📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat At-Takwir Ayat 29Hanya saja, keinginan seseorang untuk berbuat sesuatu tidak akan terlaksana kecuali jika Allah menghendaki. Dan kamu tidak dapat menghendaki menempuh jalan itu kecuali apabila dikehendaki Allah, tuhan seluruh alam. 1-4. Ada empat peristiwa besar pada hari kiamat yang disebutkan di bagian awal surah ini, dari ayat 1 s. D. 4. Dua peristiwa yang pertama terjadi di langit dan sisanya di bumi. Apabila langit yang demikian besar dan kukuh terbelah, retak, kemudian digulung. Dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan, keluar dari garis edarnya, dan berhamburan secara acak akibat hilangnya gaya tarik-menarik antar-benda angkasa. Dan apabila lautan dijadikan meluap, di mana batas antara satu laut dengan lainnya terbelah dan hancur sehingga air meluap. Air tawar dan asin pun menyatu, berkumpul menjadi lautan raksasa tak bertepi. Dan apabila kuburan-kuburan dibongkar sehingga mayat-mayat yang ada di dalamnya hidup kembali lalu berhamburan keluar tak tentu dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang Itulah bermacam penjabaran dari beragam ulama tafsir terkait isi dan arti surat At-Takwir ayat 29 arab-latin dan artinya, semoga memberi kebaikan bagi kita. Support perjuangan kami dengan memberi link menuju halaman ini atau menuju halaman depan Yang Paling Sering Dibaca Nikmati banyak halaman yang paling sering dibaca, seperti surat/ayat Ali Imran 97, At-Thalaq, Al-Hadid 20, Al-Baqarah 43, Ad-Dukhan, Al-Qamar 49. Ada juga Ali Imran 139, Al-Jin, Al-Ma’idah 8, Tentang Al-Quran, Al-Baqarah 45, Al-Isra 25. Ali Imran 97At-ThalaqAl-Hadid 20Al-Baqarah 43Ad-DukhanAl-Qamar 49Ali Imran 139Al-JinAl-Ma’idah 8Tentang Al-QuranAl-Baqarah 45Al-Isra 25 Pencarian ... Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah Nah dari uraian di atas tentang kehendak Allah dan kehendak manusia terdapat perbedaan dari aliran-aliran yang ada dalam Islam, untuk lebih lanjutnya bisa dipelajari dalam kajian ilmu kalam (teologi), dengan mempelajarinya membuka pikiran yang terbelenggu dari kejumudan, menambah wawasan dan pengetahuan dalam khazanah pemikiran Islam. Oleh Husaini Muzakir Algayoni* Tuhan adalah pencipta manusia, bukan sebaliknya manusia yang menciptakan Tuhan. Namun, dua filosof Barat memberikan argumen sebagai berikut Sigmund Freud 1804-1877 berangkat dari teori ketakutan bahwa ia berpendapat Tuhan adalah makhluk yang diciptakan oleh manusia, bukannya dzat pencipta. Begitu juga dengan Ludwing Feuerbach 1804-1877 yang berpendapat bahwa bukan Tuhan yang menciptakan manusia tetapi sebaliknya Tuhan adalah ciptaan angan-angan manusia, agama hanyalah sebuah proyeksi manusia. Demikian dua argumen dari filosof Barat tersebut tentang Tuhan. Sementara dalam pandangan umat Islam meyakini Allah adalah Mahapencipta. Tuhan adalah dzat yang wujud dengan sendirinya, tanpa sebab dan tanpa didahului oleh apapun dan siapapun. Wujud-Nya tanpa ujung, Dia Maha Awal yang tiada bermula dan Maha Akhir yang tiada berkesudahan. Allah adalah pencipta alam dari yang tiada creation ex nihilo, Allah memiliki sifat ketuhanan dan sesembahan dan segala sifat kesempurnaan yang terbaik dan terpuji yang dikagumi oleh manusia, dalam bahasa Alquran disebut “Allah” yang berarti “al-Ma’luh” atau yang dipertuhan dan disembah. Jadi, Tuhan yang menciptakan manusia, bukan sebaliknya. Manusia diciptakan dengan sempurna, karena itu illah mujidah sebab pencipta tentu lebih sempurna dari manusia. Tuhan bersifat Mahakuasa, mempunyai kehendak yang bersifat mutlak. Nah, timbul pertanyaan di mana manusia sebagai ciptaan Tuhan? Sebagai manusia sempurna diberikan akal untuk berpikir, apakah manusia bisa menentukan arah perjalanan hidupnya secara bebas/bergantung pada kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan dalam menentukan perjalanan hidupnya? Diberi Tuhankah manusia kemerdekaan dalam mengatur hidupnya? Ataukah manusia terikat seluruhnya pada kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan? Pertanyaan dan pembahasan ini merupakan ulangkaji dari pembahasan yang dikaji oleh mahasiswa dalam mata kuliah ilmu kalam teologi dan berangkat dari referensi yang mudah didapatkan. Kita akan lihat dalam tulisan ini dari berbagai aliran dalam teologi tentang posisi kehendak Allah dan kehendak manusia. Sebelumnya, jika ada kesalahan dan kekeliruan dalam tulisan ini, kiranya bisa diluruskan kembali oleh mahasiswa-mahasiswa yang memahami pembahasan ini agar terjadi kontak intelektual diskusi dalam diskursus teologi Islam. Menanggapi pertanyaan di atas, kita mulai dari pandangan qadariah. Menurut aliran ini manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya, manusia mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Sementara paham jabariah, manusia tidak mempunyai kekuasaan untuk berbuat apa-apa; manusia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri dan tidak mempunyai pilihan; manusia dalam perbuatan-perbuatannya dipaksa dengan tidak ada kekuasaan, kemauan dan pilihan baginya. Paham qadariah free will and free act dan paham jabariah atau fatalisme merupakan paham yang bertolak belakang, karena paham jabariah; manusia tidak mempunyai kebebasan, semua perbuatannya telah ditentukan Tuhan semenjak azal, sementara qadariah terdapat kebebasan manusia. Dalam pandangan muktazilah, kebebasan kehendak berkaitan erat dengan prinsip keadilan Tuhan. Muktazilah mempertahankan adanya kemauan’ dan kebebasan pilihan’ karena mereka hendak menyelamatkan prinsip Keadilan Tuhan’, yang tidak mungkin memberi pahala atau menjatuhkan siksa. Muktzailah merupakan aliran teologi yang banyak dipengaruhi oleh daya akal atau rasio dan teologi muktazilah mempunyai corak liberal sehingga dalam pandangan muktazilah akal manusia bisa membedakan antara kebaikan dan keburukan, maka artinya ia dapat mengadakan pilihan. Karena itu menurut paham muktazilah, manusia bebas menentukan pilihan dan kehendaknya. Keadilan Tuhan al-adl merupakan salah satu konsep paham muktazilh dari lima konsep dasar yang disebut dengan al-ushul al-khamsah. Menurut muktazilah, pekerjaan manusia hanyalah kemauan’ iradah sedang aradh-aradh lainnya adalah pekerjaan badan dengan sendirinya. Muktazilah memberi alasan tentang adanya kebebasan pilihan pada manusia, yaitu Pertama, rasa kebebasan. Manusia merasakan diri dalam hatinya akan terjadi perbuatan menurut motif dan dorongannya. Kalau mau minum kopi di warung kopi, maka minum kopi. Perbuatan tersebut suatu hal yang tidak bisa diingkari, inilah kemauan yang merupakan syarat bagi perbuatan bebas. Kedua, adanya taklif perintah pembebanan janji dan ancaman dipertalikan dengan taklif, yaitu suatu tuntutan kepada manusia untuk memenuhinya. Taklif tidak mungkin diadakan kecuali apabila seorang mukallaf bebas dan sanggup melaksanakannya. Bagi aliran yang berpendapat bahwa akal mempunyai daya besar dan manusia bebas, berkuasa atas kehendak dan perbuatannya, kekuasaan dan kehendak Tuhan pada hakikatnya tidak lagi bersifat mutlak semutlak-mutlaknya. Bagi aliran yang berpendapat sebaliknya, kekuasaan dan kehendak Tuhan tetap bersifat mutlak. Aliran yang berpendapat tersebut adalah aliran asy’ariah, Tuhan berkuasa dan berkehendak mutlak, sedangkan bagi muktazilah, kekuasaan dan kehendak Tuhan tidak lagi mempunyai sifat mutlak semutlak-mutlaknya. Dalam menjelaskan kemutlakan kekuasaan dan kehendak Tuhan ini, al-Asy’ari menulis dalam al-Ibanah bahwa Tuhan tidak tunduk kepada siapapun; di atas Tuhan tidak ada suatu dzat lain yang dapat membuat hukum dan dapat menentukan apa yang boleh dibuat dan apa yang tidak boleh dibuat Tuhan. Tuhan bersifat absolut dalam kehendak-Nya. Seperti kata al-Dawwani, Tuhan adalah maha pemilik al-malik yang bersifat absolute dan berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya di dalam kerajaan-Nya dan tak seorangpun yang dapat mencela perbuatan-Nya, sungguhpun perbuatan itu oleh akal dipandang bersifat tidak baik. Dalam hubungan ini al-Ghazali juga mengeluarkan pendapat bahwa Tuhan dapat berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya, dapat memberikan hukum menurut kehendak-Nya, dapat menyiksa orang yang berbuat baik jika itu dikehendaki-Nya dan dapat memberi upah kepada orang kafir jika yang demikian dikehendaki-Nya. Bagi asy’ariah, Tuhan memang tidak terikat kepada apa pun, tidak terikat kepada janji-janji, kepada norma-norma keadilan dan sebagainya. Lain dengan muktazilah yang berpendapat bahwa kekuasaan Tuhan sebenarnya tidak bersifat mutlak lagi. Seperti terkandung dalam uraian Nadir, kekuasaan mutlak Tuhan telah dibatasi oleh kebebasan yang menurut paham Muktazilah, telah diberikan kepada manusia dalam menentukan kemauan dan perbuatan. Nah, dari uraian di atas tentang kehendak Allah dan kehendak manusia terdapat perbedaan dari aliran-aliran yang ada dalam Islam, untuk lebih lanjutnya bisa dipelajari dalam kajian ilmu kalam teologi, dengan mempelajarinya membuka pikiran yang terbelenggu dari kejumudan, menambah wawasan dan pengetahuan dalam khazanah pemikiran Islam. Bahan Bacaan Abdul Latif Fakih. Deklarasi Tauhid Sebuah Akidah Pembebasan, 2011. A. Hanafi, Pengantar Theology Islam. Jakarta Alhusna Zikra, 1995. Franz Mangnis Suseno. Pemikiran Karl Marx Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme. Jakarta Gramedia Pustaka, 2019. Harun Nasution. Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan. Jakarta UI-Press, 2002. Harun Nasution. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jilid II. UI-Press, 2012. Ibrahim Madkour. Aliran dan Teori Filsafat Islam. Jakarta Bumi Aksara, 2004. Otong Sulaeman. Dari Jendela Hauzah. Bandung Mizania, 2010. *Penulis, Kolumnis Mahasiswa Prodi Ilmu Agama Islam Konsentrasi Pemikiran Dalam Islam Program Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Comments comments PandanganTuhan Semula. Sejak semula Tuhan mempunyai satu kehendak untuk dunia ini, yaitu wawasan ujung bumi. Ia mau mengisi seluruh dunia dengan mereka yang menyembah kepada-Nya. Dalam Kejadian 1:28, Tuhan memberikan satu perintah yang jelas, "Beranak-cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Kehendak Manusia dan Kehendak AllahSeperti lagu doraemon"Aku ingin begini ..Aku ingin begitu..Ingin ini itu banyak sekali......." itulah kehendak manusia...Tidak ada manusia yang tak memiliki kehendak...kecuali orang tidur dan orang mati.... kehendak Allah tanpa tidur dan mati Menurut bibelManusia dicipta menurut gambar dan rupa Allah... ingin kenal Allah kenal manusia dulu..... Menurut alquranManusia mahluk ciptaan Allah yang sempurnaManusia punya kehendak...Allah juga punya kehendak.....Manusia punya sifat pengasih dan penyayang...Allah juga punya sifat pengasih penyayangKehendak manusia dan rasa kasih sayangnya bisa rusak didunia ini jika otak manusia rusak...mungkin karena narkoba miras oplosan penyakit kanker atau tumor otak atau benturan....kehendak manusia diakhirat disurga tidak bisa rusak.....kekal.... Kehendak Allah tak bisa rusak didunia ini dan diakhirat....Kehendak Allah tidak diciptakan dan kekal.....Kehendak Allah tanpa mengantuk tanpa ngantuk tidur mati 1 2 Lihat Humaniora Selengkapnya
TafsirSurah Al-Muddatstsir Ayat 32-37: Kehendak Allah dan Kehendak Manusia. BincangSyariah.Com - Sebelum mempelajari tafsir surah Al-Muddatstsir ayat 32-37, alangkah baiknya apabila berkenan memahami ringkasan tafsir ayat sebelumnya. Supaya dapat memahami persambungan ayat yang akan dijelaskan dengan ayat-ayat sebelumnya. Pertanyaan Jawaban Tidak mungkin bagi manusia untuk memahami secara menyeluruh hubungan antara kedaulatan Tuhan dan kehendak bebas manusia. Hanya Allah yang tahu bagaimana keduanya bisa bekerja bersama. Jelas di dalam Alkitab bahwa Allah tahu siapa yang akan diselamatkan Roma 829; 1 Petrus 12. Melalui Efesus 14, Paulus juga memberitahu bahwa Allah telah memilih kita ”sebelum dunia dijadikan.” Alkitab berulang kali menggambarkan orang-orang percaya sebagai orang-orang pilihan Allah Roma 833; 115; Efesus 111; Kolose 312; 1 Tesalonika 14; 1 Petrus 12; 29; Matius 2422, 31, Markus 1320, 27; Roma 117; 1 Timotius 521; 2 Timotius 210; Titus 11; 1 Petrus 11. Bahwa orang Kristen dipredestinasikan Roma 829-30; Efesus 15, 11, dan dipilih Roma 911; 1128; 2 Petrus 110 untuk keselamatan merupakan fakta yang jelas. Alkitab juga mengatakan bahwa kita memiliki kehendak bebas untuk memilih – yang perlu kita lakukan hanyalah percaya pada Yesus Kristus, dan kita akan diselamatkan Yohanes 316; Roma 109-10. Allah tahu siapa yang akan diselamatkan, Allah memilih siapa yang akan diselamatkan, dan kita juga harus memilih Kristus supaya diselamatkan. Bagaimana ketiga hal ini bekerja bersama-sama sekaligus menjadi hal yang mustahil, bagi pikiran kita yang terbatas, untuk bisa dipahami sepenuhnya Roma 1133-36. Tanggung jawab orang Kristen itu mengabarkan Injil ke seluruh dunia Matius 2818-20; Kisah Rasul 18. Soal apa yang Allah tahu sebelumnya, yang Allah pilih dan predestinasi, semua itu kita serahkan kepada Allah. Yang terpenting bagi kita itu tetap ketaatan dalam memberitakan Injil. English Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia Bagaimana kedaulatan Tuhan dan kehendak bebas manusia bekerja bersama dalam keselamatan? cksX.
  • 3bhya3r556.pages.dev/328
  • 3bhya3r556.pages.dev/176
  • 3bhya3r556.pages.dev/337
  • 3bhya3r556.pages.dev/97
  • 3bhya3r556.pages.dev/351
  • 3bhya3r556.pages.dev/282
  • 3bhya3r556.pages.dev/168
  • 3bhya3r556.pages.dev/228
  • kehendak allah dan kehendak manusia